TUGAS
PRIBADI
KERAJAAN
BUWAIHI, KERAJAAN SELJUK
DAN
KERAJAAN SAFAWIYAH
![IAIN radeN fataH pLg ;](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Disusun Oleh :
Lesta Minarni (11420016)
Dosen Pembimbing :
Padila. S.S. M. Hum
FAKULTAS ADAB & HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ADAB
2013
DINASTI BUWAIHI, DINASTI SELJUK
DAN DINASTI SAFAWIYAH
A.
DINASTI BUWAIHI (945 –
1055 M)
Lama Kekuasaan
Ada beberapa riwayat tentang asal-usul Dinasti Buwaihi. Pertama,
Buwaihi berasal dari keturunan seorang pembesar yaitu Menteri Mahr Nursi.
Pendapat kedua mengatakan bahwa Buwaihi adalah keturunan Dinasti Dibbat,
suatu dinasti di Arab. Ketiga, Buwaihi adalah keturunan raja Persi. Dan keempat,
Buwaihi berasal dari nama seorang laki-laki miskin yang bernama Abu Syuja’ yang
hidup di negeri Dailam.[1]
Periode Buwaihi
dimulai pada tahun 320H/932 M sampai tahun 447 H/1055 M. masyarakat Buwaihi
merupakan suku Dailami yang berasal dari kabilah Syirdil Awandan dari dataran
tinggi Jilan sebelah selatan laut Kaspia. Profesi mereka yang terkenal adalah
sebagai tentara, khususnya infantri bayaran. Mereka adalah penganut syiah yang
dikenal kuat dan keras serta memiliki kebebasan yang tinggi. Perkenalan mereka
dengan syiah diawali dengan pengungsian golongan ‘Aliyyah yang ditindas oleh
Bani Abbasyiyah pada tahun 791 M. Al-Hasan ibn Zaid seorang kalangan ‘Aliyyah
menyebarkan syiah di wilayah Dailam dan mendirikan sebuah kerajaan ‘Aliyyah
yang independent di Dailam dan Jilan. Al-Hasan ibn Zaid kemudian digantikan
oleh saudaranya Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Zaid.
Raja-
Raja Dinasti Buwaihi
’Abad bin Abbas (Bapak kepada
al-Sahib bin ’Abad)
Ibn al-Amid: Abu al-Fadhl Muhammad bin al-Husain
Amak Ibn al-Amid: Abu al-Fahd bin Muhammad
|
Rukn al-Daulah (Hasan ibn
Buwaihiyah)
|
Al-Hasan bin Muhammad bin Harun
al-Muhallabi
Al-Abbas bin Hasan al-Syairazi
|
Mu’iz al-Daulah (Ahmad ibn
Buwaihiyah)
|
Al-Abbas bin Hasan al-Syairazi
Abu Tahir Muhammad bin Baqiyah
|
Izz al-Daulah (’Ali ibn
Buwaihiyah)
|
Nasir bin Harun (beragama masehi)
|
Al-Hud al-Daulah
|
Al-Sahib bin ’Abbas
|
Mu’ayyid al-Daulah
|
Raja Dinasti Buwaihi Yang Terkenal
Kekuasaan Buwaihi mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan ‘Adud Al
Dawlah (949-983), putra Rukn Al Dawlah. ‘Adud Al Dawlah bukan hanya seorang
penguasa Buwaihi yang paling unggul., tetapi ia juga yang paling masyhur pada
zamanya. Di bawah kendalinya, pada 977 dia berhasil mempersatukan beberapa
kerajaan kecil yang sudah muncul sejak periode kekuasaan Buwaihi di Persia dan
Irak, sehingga membentuk satu Negara yang besarnya hampir menyerupai Imperium.
Teladan yang di perlihatkan ‘Adud Al Dawlah dalam dukunganya terhadap
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan sastra antara lain memperindah
Baghdad, memperbaiki kanal-kanal yangs sudah usang, dan di beberapa kota-kota
lain, mendirikan sejumlah masjid, rumah sakit dan gedung-gedung publik,
sebagaimana di catat sejarawan (Ibnu maskawaih) yang menjadi bendahara ‘Adud Al
Dawlah. Teladan yang di perlihatkan ‘Adud Al Dawlah ini juga di ikuti oleh
putranya yang bernama Syaraf al Dawlah (983-989). Untuk meniru Al Makmun, maka
Syaraf al Dawlah, setahun sebelum kematiaanya membangun sebuah observatorium
terkenal.[2]
Hasil Peradaban
1. Pembangunan rumah sakit Bimaristan al-Adhudi
yang memiliki24 tenaga medis dan rumah sakit ini dijadikan pusat studi
kedokteran. Rumah Sakit ini didirikan pada tahun 978 M.Pembangunan rumah sakit
tersebut menelan biaya 100.000 dinar
2. Pembangunan Sekolah-sekolah di Syiraz, |Rayy, dan
Isfahan
3. Pembangunan Observatorium di Bagdad
4. Gerakan penterjemahan
Pada saat Adud memimpin menetapkan 2 cara pemilihan
menteri-menteri yaitu: pertama kemampuan manajerial, kedua kemampuan retorika
oleh karena wajar bila pada saat itu menteri-menteri pandai dalam sastra.Pada
masa itulah muncul sejumlah pakar yang hingga kini masih ada diantaranya
a. Ibnu Sina : Filosof dan pernah menjadi hakim pada
Dinasti Buwaihi
b. Ibn Maskawih, pakar sejarah dan kemudian menjadi
filosof dengan karyanya yang sangat terkenal Hayy Ibn Yaqjan
c. Istakhri ; ahli ilmu bumi
d. Nasarwi ; pakar matematika yang memperkenalkan
angka india sehingga matematika berkembang pesat
e. Al-Kharizmi; ahi matematika bidang al-jabar
f. Ibn Haistam (al-Hazen 1039) pemilik teori cahaya
yang lebih sempurna dibanding teori cahaya sebelumnya yang dibangun oleh Euclid
dan Ptolemius[3]
g. Para Penyair seperti al-Muntanabbi, Abu Ali
al-farisi yang mereka membuat karya-karya yang dipersembahkan untuk Adud
Dalam menciptakan perdamaian Adud bekerja sama dengan seorang wazir
Kristen yang cukup terampil, Nashr Ibn Harun, - yang atas otoritasnya dari
khalifah –mendirikan dan memperbaiki sejumlah gereja dan biara[4]
- KERAJAAN SELJUK (1075-1258 M)\
Raja –Raja Kerajaan Seljuk
Khalifah
Al-Muqtadi (1075-1084 M)
Khalifah Al-Mustazhir
(1074-1118 M)
Khalifah
Al-Mustasid (1118-1135 M)
Khalifah
Ar-Rasyid (1135-1136 M)
Khalifah
Al-Mustafi (1136-1160 M)
Khalifah
Al-Mustanjid (1160-1170 M)
Khalifah
Al-Mustadi (1170-1180 M)
Khalifah
An-Nasir (1180-1224 M)
Khalifah
Az-Zahir (1224-1226 M)
Khalifah
Al-Mustansir (1226-1242 M)
Khalifah
Al-Muktasim (1242-1258 M)[5]
Raja
Seljuk Yang Terkenal
Kerajaan Seljuk mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan anak Alp
Arslan, Malik Shah (1072-1092). Ia adalah pelindung ilmu pengetahuan dan
kesenian, serta membangun masjid-masjid yang indah di ibukota Isfahan.
Menterinya, Nizam al-Mulk, merupakan negarawan yang dihormati. Selama periode
ini, suku Seljuk sepenuhnya menguasai Anatolia. Mereka mendirikan Kesultanan
Rum di dekat Konstantinopel. Pada saat Malik Shah wafat, Kerajaan Seljuk
terpecah menjadi beberapa negara kecil. Berbagai kesultanan Seljuk, Mamluk, dan
Kurdi berdiri sepanjang abad ke-12. Semuanya berada di bawah pengawasan
Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Kemudian, pada tahun 1220, bangsa Mongol
menaklukkan kawasan ini, dan akhirnya menguasai Baghdad pada tahun 1258.
Hasil Peradaban Keajaan Seljuk
·
Arsitektur Menakjubkan dari Dinasti Saljuk
ü
Caravanserai
Seljuk (Khan)
Penguasa
Dinasti Seljuk begitu banyak membangun caravanserai atau tempat singgah bagi
para pendatang atau pelancong. caravanserai dibangun untuk menopang aktivitas
perdagangan dan bisnis. Para pelancong dan pedagang dari berbagai negeri akan
dijamu di caravanserai selama tiga hari secara cuma-cuma alias gratis.
Di
caravanserai itulah, para pendatang akan dijamu dengan makanan serta hiburan.
Secara fisik, bangunan caravanserai terdiri dari halaman, gedungnya dipercantik
dengan lengkungan iwan. Dalam caravanserai terdapat kamar menginap, depo, kamar
pengawal serta tersedia juga kandang untuk alat transportasi seperti kuda.
Caravanserai dikelola oleh sebuah lembaga donor. Organisasi itu pertama kali
didirikan di Rabat-i-Malik. Caravanserai di wilayah Iran itu menjadi cikal
bakal berdirinya tempat singgah khas Dinasti Seljuk. Caravanserai pertama itu
dibangun pada tahun 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara-Samarkand.
Struktur bangunan caravanserai Seljuk meniru istana padang pasir Dinasti
Abbasiyah. Bentuknya segi empat dan ditopang dengan dinding yang kuat.
ü
Madrasah
Seljuk
Menurut Van Berchem, para arsitektur di era Dinasti Seljuk mulai
mengembangkan bentuk, fungsi dan karakter masjid. Bangunan masjid diperluas
menjadi madrasah. Bangunan madrasah pertama muncul di Khurasan pada awal abad
ke-10 M sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid.Pada
pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir
Nizham Al-Mulk menjadi bangunan publik. Sang emir terispirasi oleh penguasa
Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran
teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad
pada tahun 1067 M.
Fakta menunjukkan, madrasah yang dibangun antara tahun 1080 M hingga 1092
M di Kharghird, Khurasan sudah menggunakan empat iwan. Secara fisik, bangunan
madrasah Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi tembok dan
dilengkapi empat iwan. Selain itu juga ada asrama dan ruang belajar.Salah satu
madrasah terbaik yang bisa dijadikan contoh berada di Anatolia. Bangunan
madrasah itu menerapkan karakter khas Iran termasuk penggunaan iwan dan menara
ganda yang membingkai pintu gerbang.
ü
Menara
Seljuk
Bentuk
menara masjid-masjid di Iran yang dibanguan Dinasti Seljuk secara subtansial
berbeda dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Seljuk mengadopsi
menara silinder seagai ganti menara berbentuk segi empat.
ü
Makam
Seljuk
Pada era kejayaan Dinasti Seljuk pembangunan makam mulai dikembangkan.
Model bangunan makam Seljuk merupakan pengembangan dari tugu yang dibangun
untuk menghormati penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan makam yang
dikembangkan para arsitek Seljuk mengambil dimensi baru. Bangunan makam yang
megah dibangun pada era Seljuk tak haya ditujukan untuk menghormati para penguasa
yang sudah meninggal. Namun, para ulama dan sarjana atau ilmuwan terkemuka pun
mendapatkan tempat yang sama. Tak heran, bila makam penguasa dan ilmwuwan
terkemuka di era Seljuk hingga kini masih berdiri kokoh.
Bangunan makam biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau
bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah.
ü
Masjid
Seljuk
Inovasi para arsitektur Dinasti Seljuk yang lainnya tampak pada bangunan
masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini
biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan
tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas
Seljuk ini seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti
caravanserai dan madrasah.
C. KERAJAAN
SAFAWIYAH
Sejarah berdirinya kerajaan Safawi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kerajaan
Safawi berdiri diantara dua kerajaan besar yakni kerajaan Usmani di Turki dan
Kerjaan Mughal di India. Menurut sejarah bahwa kerajaan yang pertama berdiri
sebelum adanya kerajaan Safawin yakni kerajaan Usmani di Turki. Ketika kerajaan
Usmani mengalami puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri.
Kerajaan ini berkembang dengan cepat, namun dalam perkembangannya kerajaan
Safawi sering mengalami pergesekan dengan kerajaan Usmani[6]
Berbeda dari dua kerajaan besar Islam
lainnya (Usmani dan Mughal), kerajaan Syafawi menyatakan, Syi’ah sebagai mashab
negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak dasar
terbentuknya negara Iran dewasa ini.
Dinasti Safawiah merupakan kerajan islam
di Persia yang cukup besar. Awalnya kerajaan Safawi berasal dari gerakan
terekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Terekat ini diberi
nama terekat Safawiyah, yang diambil dari nama pendirinya, yaitu Shafi Ad-Din
(1252-1334 M), dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai terekat ini
menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini
berhasil mendirikan kerajaan.
Shafi Ad-Din berasal dari keturunan dari
orang yang berda dan memilih sufi sebagai jalan kehidupannya. Shafi Ad-Din
merupakan keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam yakni Musa Al-Kazim. Guru dari
Shafi Ad-Din bernama Syekh Tajjudin
Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang terkenal dengan julukan Zahid Al-Gilani.
Berkat ketekunan Shafi Ad-Din dalam mendalami terekat yang dianutnya maka Shafi
Ad-Din diambil mantu oleh gurunya yakni Zahid Al-Gilani. Shafi Ad-Din
mendirikan terekat Safawiyah setelah ia menggantikan gurunya dan sekaligus
mertuanya yang telah wafat pada tahun
1301 M.
Pada mulanya tarekat safawiyah bertujuan
untuk memerangi orang ingkar dan ahli bid’ah. Terekat yang dipimpin oleh Shafi
Ad-Din ini semakin penting terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari
pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal kemudian menjadi gerakan kenamaan
yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri luar
Ardabil, Shafi Ad-Din menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya.
Para wakil tersebut di beri nama Khalifah.
Suatu ajaran agama yang dipegang secara
fanatik biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan ajaran itu untuk
berkuasa. Oleh karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah
menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayan dan menentang setiap
orang yang bermazhab selain Syi’ah.
Kecenderungan memasuki dunia politik
secara kongkrit tamnpak pada masa kepemimpinan Junaid (1447-1460 M). Dinasti
Safawi memperluas geraknya dengan
menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasaan ini
menimbulkan konflik antara Jinaid dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam),
salah satu suku bangss Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik
tersebut Junaid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia
mendapat perlindungan dari penguasa
Diyar Bakr, AK Koyunlu (domba putih), juga suatu suku bangsa Turki.
Raja-Raja
Kerajaan Safawi
Berikut urutan
penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I
(1501-1524 M)
2. Tahmasp I
(1524-1576 M)
3. Isma'il II
(1576-1577 M)
4. Muhammad
Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I
(1587-1628 M)
6. Safi Mirza
(1628-1642 M)
7. Abbas II
(1642-1667 M)
8. Sulaiman
(1667-1694 M)
9. Husein I
(1694-1722 M)
10. Tahmasp II
(1722-1732 M)
11. Abbas III
(1732-1736 M)
Raja Safawi
Yang Terkenal
Abbas
I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam
rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha
menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru
yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan
Sircassia.
2. Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah
Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga
Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at.
Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas menyerahkan saudara sepupunya Haidar
Mirza sebagai sandera di Istambul (Borckelmann, 1974:503).
Masa
kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil
mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan
sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah
direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang
sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.
Bukti Peradaban Kerajaan Syafawi
Sejumlah
ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi,
generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad
al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang
pernah pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah (Brockelmann,
1974:503-504).
Kemajuan
bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang
memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah,
rumah sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun.
Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika
Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802
penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk
kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya.
DAFTAR FUSTAKA
Harun Nasution
(ed.), Ensiklopedi Islam Indonesia. ( Jakarta. Djambatan, 1992 )
Philip K. Hitti,
Dinasti-Dinasti di Timur, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997)
Ibn Atsir dalam Prof.Dr Jaih
Mubarok, Sejarah Peradaban Islam.
(Bandung: Pustaka Ilmu.2008)
Miskawayh dalam Phillip K. Hitti,
History of Arabs (Jakarta: serambi Ilmu,2002),
Su'ud, Abu. Islamologi,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003)
Yatim Badri, 2004, Sejarah Peradaban Islam II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
[2].Philip K. Hitti, Dinasti-Dinasti di Timur,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997, h. 600
[3]. Ibn Atsir dalam Prof.Dr Jaih Mubarok, Sejarah
Peradaban Islam(Bandung: Pustaka Ilmu.2008), cet.ke-1, hal. 171
[4]. Miskawayh dalam Phillip K. Hitti, History of Arabs
(Jakarta: serambi Ilmu,2002), cet.ke1. hal.600
[5]. Su'ud, Abu. Islamologi, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2003, h. 72
[6] Yatim
Badri, 2004, Sejarah Peradaban Islam II,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.hlm 90-98
Tidak ada komentar:
Posting Komentar