Kamis, 07 Mei 2015

TUGAS PRIBADI KERAJAAN BUWAIHI, KERAJAAN SELJUK DAN KERAJAAN SAFAWIYAH

TUGAS PRIBADI
KERAJAAN BUWAIHI, KERAJAAN SELJUK
DAN KERAJAAN SAFAWIYAH
IAIN radeN fataH pLg ;

Disusun Oleh :
Lesta Minarni            (11420016)

Dosen Pembimbing :
Padila. S.S. M. Hum

FAKULTAS ADAB & HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
FAKULTAS ADAB
2013

DINASTI BUWAIHI, DINASTI SELJUK DAN DINASTI SAFAWIYAH

A.    DINASTI BUWAIHI (945 – 1055 M)
Lama Kekuasaan
Ada beberapa riwayat tentang asal-usul Dinasti Buwaihi. Pertama, Buwaihi berasal dari keturunan seorang pembesar yaitu Menteri Mahr Nursi. Pendapat kedua mengatakan bahwa Buwaihi adalah keturunan Dinasti Dibbat, suatu dinasti di Arab. Ketiga, Buwaihi adalah keturunan raja Persi. Dan keempat, Buwaihi berasal dari nama seorang laki-laki miskin yang bernama Abu Syuja’ yang hidup di negeri Dailam.[1]
Periode Buwaihi dimulai pada tahun 320H/932 M sampai tahun 447 H/1055 M. masyarakat Buwaihi merupakan suku Dailami yang berasal dari kabilah Syirdil Awandan dari dataran tinggi Jilan sebelah selatan laut Kaspia. Profesi mereka yang terkenal adalah sebagai tentara, khususnya infantri bayaran. Mereka adalah penganut syiah yang dikenal kuat dan keras serta memiliki kebebasan yang tinggi. Perkenalan mereka dengan syiah diawali dengan pengungsian golongan ‘Aliyyah yang ditindas oleh Bani Abbasyiyah pada tahun 791 M. Al-Hasan ibn Zaid seorang kalangan ‘Aliyyah menyebarkan syiah di wilayah Dailam dan mendirikan sebuah kerajaan ‘Aliyyah yang independent di Dailam dan Jilan. Al-Hasan ibn Zaid kemudian digantikan oleh saudaranya Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Zaid.

Raja- Raja Dinasti Buwaihi
’Abad bin Abbas (Bapak kepada al-Sahib bin ’Abad)
Ibn al-Amid: Abu al-Fadhl Muhammad bin al-Husain
Amak Ibn al-Amid: Abu al-Fahd bin Muhammad
Rukn al-Daulah (Hasan ibn Buwaihiyah)
Al-Hasan bin Muhammad bin Harun al-Muhallabi
Al-Abbas bin Hasan al-Syairazi
Mu’iz al-Daulah (Ahmad ibn Buwaihiyah)
Al-Abbas bin Hasan al-Syairazi
Abu Tahir Muhammad bin Baqiyah
Izz al-Daulah (’Ali ibn Buwaihiyah)
Nasir bin Harun (beragama masehi)
Al-Hud al-Daulah
Al-Sahib bin ’Abbas
Mu’ayyid al-Daulah


Raja Dinasti Buwaihi Yang Terkenal

Kekuasaan Buwaihi mencapai puncaknya di bawah kepemimpinan ‘Adud Al Dawlah (949-983), putra Rukn Al Dawlah. ‘Adud Al Dawlah bukan hanya seorang penguasa Buwaihi yang paling unggul., tetapi ia juga yang paling masyhur pada zamanya. Di bawah kendalinya, pada 977 dia berhasil mempersatukan beberapa kerajaan kecil yang sudah muncul sejak periode kekuasaan Buwaihi di Persia dan Irak, sehingga membentuk satu Negara yang besarnya hampir menyerupai Imperium.
Teladan yang di perlihatkan ‘Adud Al Dawlah dalam dukunganya terhadap pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan sastra antara lain memperindah Baghdad, memperbaiki kanal-kanal yangs sudah usang, dan di beberapa kota-kota lain, mendirikan sejumlah masjid, rumah sakit dan gedung-gedung publik, sebagaimana di catat sejarawan (Ibnu maskawaih) yang menjadi bendahara ‘Adud Al Dawlah. Teladan yang di perlihatkan ‘Adud Al Dawlah ini juga di ikuti oleh putranya yang bernama Syaraf al Dawlah (983-989). Untuk meniru Al Makmun, maka Syaraf al Dawlah, setahun sebelum kematiaanya membangun sebuah observatorium terkenal.[2]
Hasil Peradaban

1. Pembangunan rumah sakit Bimaristan al-Adhudi yang memiliki24 tenaga medis dan rumah sakit ini dijadikan pusat studi kedokteran. Rumah Sakit ini didirikan pada tahun 978 M.Pembangunan rumah sakit tersebut menelan biaya 100.000 dinar
2. Pembangunan Sekolah-sekolah di Syiraz, |Rayy, dan Isfahan
3. Pembangunan Observatorium di Bagdad
4. Gerakan penterjemahan
Pada saat Adud memimpin menetapkan 2 cara pemilihan menteri-menteri yaitu: pertama kemampuan manajerial, kedua kemampuan retorika oleh karena wajar bila pada saat itu menteri-menteri pandai dalam sastra.Pada masa itulah muncul sejumlah pakar yang hingga kini masih ada diantaranya
a. Ibnu Sina : Filosof dan pernah menjadi hakim pada Dinasti Buwaihi
b. Ibn Maskawih, pakar sejarah dan kemudian menjadi filosof dengan karyanya yang sangat terkenal Hayy Ibn Yaqjan
c. Istakhri ; ahli ilmu bumi
d. Nasarwi ; pakar matematika yang memperkenalkan angka india sehingga matematika berkembang pesat
e. Al-Kharizmi; ahi matematika bidang al-jabar
f. Ibn Haistam (al-Hazen 1039) pemilik teori cahaya yang lebih sempurna dibanding teori cahaya sebelumnya yang dibangun oleh Euclid dan Ptolemius[3]
g. Para Penyair seperti al-Muntanabbi, Abu Ali al-farisi yang mereka membuat karya-karya yang dipersembahkan untuk Adud
Dalam menciptakan perdamaian Adud bekerja sama dengan seorang wazir Kristen yang cukup terampil, Nashr Ibn Harun, - yang atas otoritasnya dari khalifah –mendirikan dan memperbaiki sejumlah gereja dan biara[4]
  1. KERAJAAN SELJUK (1075-1258 M)\
Raja –Raja Kerajaan Seljuk
Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M)
Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)
Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M)
Khalifah Ar-Rasyid (1135-1136 M)
Khalifah Al-Mustafi (1136-1160 M)
Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M)
Khalifah Al-Mustadi (1170-1180 M)
Khalifah An-Nasir (1180-1224 M)
Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M)
Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)
Khalifah Al-Muktasim (1242-1258 M)[5]

 Raja Seljuk Yang Terkenal

Kerajaan Seljuk mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan anak Alp Arslan, Malik Shah (1072-1092). Ia adalah pelindung ilmu pengetahuan dan kesenian, serta membangun masjid-masjid yang indah di ibukota Isfahan. Menterinya, Nizam al-Mulk, merupakan negarawan yang dihormati. Selama periode ini, suku Seljuk sepenuhnya menguasai Anatolia. Mereka mendirikan Kesultanan Rum di dekat Konstantinopel. Pada saat Malik Shah wafat, Kerajaan Seljuk terpecah menjadi beberapa negara kecil. Berbagai kesultanan Seljuk, Mamluk, dan Kurdi berdiri sepanjang abad ke-12. Semuanya berada di bawah pengawasan Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Kemudian, pada tahun 1220, bangsa Mongol menaklukkan kawasan ini, dan akhirnya menguasai Baghdad pada tahun 1258.

Hasil Peradaban Keajaan Seljuk

·         Arsitektur Menakjubkan dari Dinasti Saljuk
ü  Caravanserai Seljuk (Khan)
Penguasa Dinasti Seljuk begitu banyak membangun caravanserai atau tempat singgah bagi para pendatang atau pelancong. caravanserai dibangun untuk menopang aktivitas perdagangan dan bisnis. Para pelancong dan pedagang dari berbagai negeri akan dijamu di caravanserai selama tiga hari secara cuma-cuma alias gratis.
Di caravanserai itulah, para pendatang akan dijamu dengan makanan serta hiburan. Secara fisik, bangunan caravanserai terdiri dari halaman, gedungnya dipercantik dengan lengkungan iwan. Dalam caravanserai terdapat kamar menginap, depo, kamar pengawal serta tersedia juga kandang untuk alat transportasi seperti kuda. Caravanserai dikelola oleh sebuah lembaga donor. Organisasi itu pertama kali didirikan di Rabat-i-Malik. Caravanserai di wilayah Iran itu menjadi cikal bakal berdirinya tempat singgah khas Dinasti Seljuk. Caravanserai pertama itu dibangun pada tahun 1078 M oleh Sultan Nasr di antara rute Bukhara-Samarkand. Struktur bangunan caravanserai Seljuk meniru istana padang pasir Dinasti Abbasiyah. Bentuknya segi empat dan ditopang dengan dinding yang kuat.
ü  Madrasah Seljuk
Menurut Van Berchem, para arsitektur di era Dinasti Seljuk mulai mengembangkan bentuk, fungsi dan karakter masjid. Bangunan masjid diperluas menjadi madrasah. Bangunan madrasah pertama muncul di Khurasan pada awal abad ke-10 M sebagai sebuah adaptasi dari rumah para guru untuk menerima murid.Pada pertengahan abad ke-11 M, bangunan madrasah diadopsi oleh penguasa Seljuk Emir Nizham Al-Mulk menjadi bangunan publik. Sang emir terispirasi oleh penguasa Ghaznawiyyah dari Persia. Di Persia, madrasah dijadikan tempat pembelajaran teknologi. Madrasah tertua yang dibangun Nizham Al-Mulk terdapat di Baghdad pada tahun 1067 M.
Fakta menunjukkan, madrasah yang dibangun antara tahun 1080 M hingga 1092 M di Kharghird, Khurasan sudah menggunakan empat iwan. Secara fisik, bangunan madrasah Seljuk terdiri dari halaman gedung yang dikelilingi tembok dan dilengkapi empat iwan. Selain itu juga ada asrama dan ruang belajar.Salah satu madrasah terbaik yang bisa dijadikan contoh berada di Anatolia. Bangunan madrasah itu menerapkan karakter khas Iran termasuk penggunaan iwan dan menara ganda yang membingkai pintu gerbang.
ü  Menara Seljuk
Bentuk menara masjid-masjid di Iran yang dibanguan Dinasti Seljuk secara subtansial berbeda dengan menara di Afrika Utara. Bentuk menara masjid Seljuk mengadopsi menara silinder seagai ganti menara berbentuk segi empat.


ü  Makam Seljuk
Pada era kejayaan Dinasti Seljuk pembangunan makam mulai dikembangkan. Model bangunan makam Seljuk merupakan pengembangan dari tugu yang dibangun untuk menghormati penguasa Umayyah pada abad ke-8 M. Namun, bangunan makam yang dikembangkan para arsitek Seljuk mengambil dimensi baru. Bangunan makam yang megah dibangun pada era Seljuk tak haya ditujukan untuk menghormati para penguasa yang sudah meninggal. Namun, para ulama dan sarjana atau ilmuwan terkemuka pun mendapatkan tempat yang sama. Tak heran, bila makam penguasa dan ilmwuwan terkemuka di era Seljuk hingga kini masih berdiri kokoh.
Bangunan makam biasanya dibangun di sekitar tempat tinggal tokoh atau bisa pula letaknya dekat masjid atau madrasah.
ü  Masjid Seljuk
Inovasi para arsitektur Dinasti Seljuk yang lainnya tampak pada bangunan masjidnya. Masjid Seljuk sering disebut Masjid Kiosque. Bangunan masjid ini biasanya lebih kecil yang terdiri dari sebuah kubah, berdiri melengkung dengan tiga sisi yang terbuka. Itulah ciri khas masjid Kiosque. Model masjid khas Seljuk ini seringkali dihubungkan dengan kompleks bangunan yang luas seperti caravanserai dan madrasah.


C.    KERAJAAN SAFAWIYAH

Sejarah berdirinya kerajaan Safawi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kerajaan Safawi berdiri diantara dua kerajaan besar yakni kerajaan Usmani di Turki dan Kerjaan Mughal di India. Menurut sejarah bahwa kerajaan yang pertama berdiri sebelum adanya kerajaan Safawin yakni kerajaan Usmani di Turki. Ketika kerajaan Usmani mengalami puncak kejayaan, kerajaan Safawi di Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang dengan cepat, namun dalam perkembangannya kerajaan Safawi sering mengalami pergesekan dengan kerajaan Usmani[6]
Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan Mughal), kerajaan Syafawi menyatakan, Syi’ah sebagai mashab negara. Karena itu, kerajaan ini dapat dianggap sebagai peletak dasar terbentuknya negara Iran dewasa ini.
Dinasti Safawiah merupakan kerajan islam di Persia yang cukup besar. Awalnya kerajaan Safawi berasal dari gerakan terekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Terekat ini diberi nama terekat Safawiyah, yang diambil dari nama pendirinya, yaitu Shafi Ad-Din (1252-1334 M), dan nama Safawi itu terus dipertahankan sampai terekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan nama itu terus dilestarikan setelah gerakan ini berhasil mendirikan kerajaan.
Shafi Ad-Din berasal dari keturunan dari orang yang berda dan memilih sufi sebagai jalan kehidupannya. Shafi Ad-Din merupakan keturunan dari Imam Syi’ah yang keenam yakni Musa Al-Kazim. Guru dari Shafi Ad-Din  bernama Syekh Tajjudin Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang terkenal dengan julukan Zahid Al-Gilani. Berkat ketekunan Shafi Ad-Din dalam mendalami terekat yang dianutnya maka Shafi Ad-Din diambil mantu oleh gurunya yakni Zahid Al-Gilani. Shafi Ad-Din mendirikan terekat Safawiyah setelah ia menggantikan gurunya dan sekaligus mertuanya yang telah wafat pada tahun  1301 M.
Pada mulanya tarekat safawiyah bertujuan untuk memerangi orang ingkar dan ahli bid’ah. Terekat yang dipimpin oleh Shafi Ad-Din ini semakin penting terutama setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal kemudian menjadi gerakan kenamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria, dan Anatolia. Di negeri-negeri luar Ardabil, Shafi Ad-Din menempatkan seorang wakil untuk memimpin murid-muridnya. Para wakil tersebut di beri nama Khalifah.
Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatik biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan ajaran itu untuk berkuasa. Oleh karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatik dalam kepercayan dan menentang setiap orang yang bermazhab selain Syi’ah.
Kecenderungan memasuki dunia politik secara kongkrit tamnpak pada masa kepemimpinan Junaid (1447-1460 M). Dinasti Safawi memperluas  geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan keagamaan. Perluasaan ini menimbulkan konflik antara Jinaid dengan penguasa Kara Koyunlu (domba hitam), salah satu suku bangss Turki yang berkuasa di wilayah itu. Dalam konflik tersebut Junaid kalah dan diasingkan kesuatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan  dari penguasa Diyar Bakr, AK Koyunlu (domba putih), juga suatu suku bangsa Turki.

Raja-Raja Kerajaan Safawi

Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :
1. Isma'il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma'il II (1576-1577 M)
4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
6. Safi Mirza (1628-1642 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
10. Tahmasp II (1722-1732 M)
11. Abbas III (1732-1736 M)

Raja Safawi Yang Terkenal

Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Safawi adalah:
1. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash dengan cara membentuk pasukan baru yang berasal dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia dan Sircassia.
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan Usman) dalam khutbahkhutbah Jum'at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul (Borckelmann, 1974:503).
Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Ia berhasil mengatasi gejolak politik dalam negeri yang mengganggu stabilitas negara dan sekaligus berhasil merebut kembali beberapa wilayah kekuasaan yang pernah direbut oleh kerajaan lain seperti Tabriz, Sirwan dan sebagainya yang sebelumnya lepas direbut oleh kerajaan usmani.

Bukti  Peradaban Kerajaan Syafawi


Sejumlah ilmuan yang selalu hadir di majlis istana yaitu Baha al-Dina al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah (Brockelmann, 1974:503-504).
Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya.










DAFTAR FUSTAKA


Harun Nasution (ed.), Ensiklopedi Islam Indonesia. ( Jakarta. Djambatan, 1992 )
Philip K. Hitti, Dinasti-Dinasti di Timur, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997)
Ibn Atsir dalam Prof.Dr Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam. (Bandung: Pustaka Ilmu.2008)
Miskawayh dalam Phillip K. Hitti, History of Arabs (Jakarta: serambi Ilmu,2002),
Su'ud, Abu. Islamologi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003)
Yatim Badri, 2004, Sejarah Peradaban Islam II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada



[1].Harun Nasution (ed.), Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta. Djambatan, 1992, Hlm. 184.

[2].Philip K. Hitti, Dinasti-Dinasti di Timur, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997, h. 600

[3]. Ibn Atsir dalam Prof.Dr Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam(Bandung: Pustaka Ilmu.2008), cet.ke-1, hal. 171

[4]. Miskawayh dalam Phillip K. Hitti, History of Arabs (Jakarta: serambi Ilmu,2002), cet.ke1. hal.600

[5]. Su'ud, Abu. Islamologi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003, h. 72
[6]  Yatim Badri, 2004, Sejarah Peradaban Islam II, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.hlm 90-98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar