Kamis, 07 Mei 2015

HUBUNGAN ISLAM DI INDONESIA DENGAN TIMUR TENGAH DAN KEMUNCULAN ULAMA-ULAMA ISLAM DI INDONESIA, ISLAM DAN KOLONIAL BELANDA

PEMBAHASAN
HUBUNGAN ISLAM DI INDONESIA DENGAN TIMUR TENGAH DAN KEMUNCULAN ULAMA-ULAMA ISLAM DI INDONESIA, ISLAM DAN KOLONIAL BELANDA
A.    Sejarah Awal Hubungaan Indonesia Dengan Negara Timur -Tengah
Hubungan antara Indonesia dengan kawasan Tim-Teng, sudah terjalin ratusan tahun yang lalu ketika Islam menyebarkan ajarannya ke seluruh pelosok Bumi yang banyak dilakukan oleh para pedagang muslim, baik mereka yang berbangsa Persia, Arab, maupun India (Gujarat).
Melihat kembali sejarah dahulu bahkan sampai sekarang, sejauh ini Timur Tengah tetap menjadi kiblat umat Islam. Timur Tengah sebagai negara asal kelahiran agama Islam adalah penyebab yang utama kemudian disusul dengan maraknya setiap generasi menuntut ilmu ke sana, sehingga terjadi transformasi keilmuan Islam khususnya di Indonesia dengan berdiri dan berkembangnya pesantren-pesantren atau lembaga keislaman lainnya sebagai sarana pembentukan pribadi muslim yang terpadu.
Pemikiran-pemikiran tentang Islam di Timur Tengah telah memberikan suntikan injeksi bagi pergerakan-pergerakan untuk memajukan pendidikan Islam di Indonesia yang dilakukan oleh beberapa tokoh pergerakan Islam dengan mendirikan organisasi atau kelembagaan yang bertujuan untuk mencerdaskan dan meningkatkan intelektualitas masyarakat Indonesia.
Berdasarkan studi Azyumardi Azra (Jaringan Ulama,1998), hubungan itu bersifat politis dan keilmuan. Hubungan politis terjalin antara sejumlah kerajaan di Nusantara dengan Dinasti Utsmani. Aceh, Banten, Mataram, telah mengirimkan utusan ke Haramain (Mekkah-Madinah) sejak abad ke-17.
Selain berhaji, mereka juga membawa gelar sultan dari Syarif Mekkah (penguasa Mekkah). Bisa jadi sebagai penguat wibawa atas kekuasaan mereka. Tetapi ada juga hubungan keilmuan.
Sejak Dinasti Utsmani mengamankan jalur perjalanan haji, kian banyak pula yang menuntut ilmu pada abad ke-14 hingga ke-15. Hal itulah yang mendorong munculnya komunitas Jawi. Orang Arab menyebutnya ashab Al Jawiyin (saudara kita orang Jawi).
Berdasarkan asal daerah dan waktunya, penyebaran islam dari timur tengah ke Indonesia dapt dibedakan menjadi 3 gelombang:
1.      Dari daerah Mesopotamia, yang waktu itu terkenal sebagai Persia merupakan jalur utara. Dari wilayah Persia, islam menyebar ke timur melalui jalan darat ke afganistan, Pakistan, dan Gujarat, kemudian melalui laut menuju Indonesia.
2.      Melaui jalur tengah, yaitu dari bagian barat lembah yordaniadan di bagian timur melalui semenanjung Arabia, khususnya Hadramaut yang menghadap langsung ke Indonesia.
3.      Ketiga, melalui jalur selatan yang berpangkal di wilayah mesir. Dari kota kairo yang merupakan pusat penyiaran agama islam secara modern.

B.     Proses interaksi Indonesia-Timur Tengah
Proses interaksi antara Indonesia dengan TimurTengah makin intensif dan berkembang pesat pada masa Dinasti Abbasyah di Irak, dan pada waktu Itu Baghdad dan Basrah. disamping merupakan pusat-pusat perdagangan antara dunia Islam, juga merupakan tempat menuntut Ilmu pengetahuan, dan hal ini berlangsung sejak lima abad, yaitu sejak abad ke 8 M sampai abad ke 13 M. yaitu sejak Jatuhnya Irak ketangan Bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu. Aktivitas perdagangan dan pelayaran serta tempat mencari Ilmu pengetahuan, kemudian berpindah ke Mesir. Dan dengan terbukanya Terusan Sue2 pada tahun 1856. maka Jumlah orang-orang dari Timur Tengah ke Indonesia meningkat, sementara orang-orang Indonesia yang hendak menunaikan rukun haji semakin bertambah.
Disamping orang-orang Arab yang datang dari Hadramaut dan Saudi Arabia. Juga orang-orang Arab dari Marokko. Tunisia dan Mesir. Sementara itu orang-orang Parsl datang hampir bersamaan dengan kedatangan orang-orang Arab, sambil berdagang juga Ikut melakukan dakwah Islam, sehingga dalam perkembangan agama Islam di Indonesia. Juga dipengaruhi oleh kebudayaan Persia (Iran).

Faktor pendorong Islam cepat berkembang di Indonesia :
       1. Syarat masuk Islam mudah
       2. Islam bersifat terbuka
       3. Tidak mengenal sistem kasta
       4. Disebarkan secara damai
       5. upacara sedehana dan biaya murah
       6. Runtuhnya kerajaan majapahit

C. Munculnya Ulama Ulama Islam Di Indonesia
Beberapa ulama besar yg membawa pembaharuan Islam di Indonesia di akhir tahun 1800-an dan awal tahun 1900 Masehi tidak hanya belajar di Indonesia saja, tetapi mereka belajar bertahun-tahun di Mekah.
Tercatat dalam sejarah bahwa para ulama2 pembaharu tersebut ternyata belajar juga pada salah seorang guru, yang merupakan juga seorang yg berasal dari Indonesia dan merupakan Imam Masjidil Haram pada saat itu.
 Diantara tokoh-tokohnya yaitu :
1.      Abad ke 17 : Syekh Yusuf Al- Makassary (Makassar) dan Syekh Abdul Rauf Al-Sinkili (Singkel, Aceh), merupakan ulama yang malang melintang menuntut ilmu di Haramain
2.      abad ke-18 : Syekh Abdul Shomad Al-Palimbani (Palembang), Syekh Nafis Al-Banjari (Banjar, Kalsel), Syekh Arsyad Al-Banjari (Banjar, Kalsel) merupakan ulama tasawuf Tarekat Samaniyah yang berpengaruh pada abad ke-18.
3.      Biografi Abdul Shomad bahkan masuk dalam kamus ulama-ulama Arab.
4.      Syekh Nurudin Al-Raniri (Aceh),
5.      Syekh Abdul Rahman Al Masry Al Batawi (Jakarta),
6.      Syekh Khatib Sambas (Kalimantan), dan lain-lainnya.
Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, ulama kita malah makin hebat-hebat di Mekkah. Karena tak sekadar menuntut ilmu, tapi justru menembus pusat ilmu di Mekkah, yaitu sebagai pengajar dan imam di Masjidil Haram.
Peneliti sufisme dari Universitas Utrecht, Belanda, Martin van Bruinessen (Kitab Kuning, 1995) menyebutkan ada tiga ulama yang menjadi guru di Masjidil Haram. Pengaruhnya pun sangat besar terhadap jemaah haji di Nusantara.
Ketiga ulama itu adalah Syekh Nawawi Al Bantani, Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Syekh Mahfudh At-Tarmisi. Syekh Nawawi berasal dari Tanara, Banten, adalah ulama yang rendah hati, sangat alim, dan penulis kitab produktif. Syekh Ahmad Khatib berasal dari Minangkabau, adalah mujaddid, yang mendorong pembaruan di Minangkabau. Ahmad Khatib bahkan menjadi imam di Masjidil Haram.















DAFTAR FUSTAKA

Yatim, Badri.2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar