PENDAHULUAN
Ilmu merupakan pengetahuan yang mempnyai karakteristik tertentu.
Pengetahuan dapat diartikan secara luas yang mencakup segenap apa yang kita
tahu tentang suatu objek.
Akan tetapi dalam perkembangan pemikiran pendidikan islam dari zaman rasulullah
sampai sekarang tentu mengalami perubahan yang selalu berubah, oleh kerena itu
dalam makalah ini dipaparkan sejarah perkembangan pendidikan islam dari klasik
sampai kontemporer.
Pendidikan, pada dasarnya berkaitan dengan
transformasi ilmu. Apalagi masalah pendidikan agama, yang berkaitan dengan
ilmu-ilmu agama (ulumuddin) sangat penting di kalangan kaum muslimin. Manusia
pertama yang memperoleh tranformasi ilmu langsung dari Allah ialah Nabi Adam
As. Selanjutnya jaman terus berubah, pengetahuan pun berkembang dan manusia
dengan potensi akalnya menemukan hal-hal yang baru, dan atau mengembangkan
ilmu-ilmu yang ada sebelumnya. Dan di antara kaum muslimin yang banyak andil
dalam pengembangan pemikiran Islam adalah Al Ghazali dan Ibnu Maskawaih.
PEMBAHASAN
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian Pemikiran Pendidikan Islam
Secara eimologi pemikiran berasal
dari kata dasar “Pikir” yang berarti proses, cara, perbuatan memikir, yaitu
menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan
segala sesuatu secara bijak.
Secara terminology, menurut Mohammad Labib An-Najihi,
pemikiran pendidikan Islam adalah aktivitas pemikiran yang teratur dengan
menggunakan metode filsafat.
Melihat depenisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan
bahwa Pemikiran Pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu
yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada
dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah pradigma pendidikan
yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan secara
paripurna. [1]
B. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Pemikiran Pendidikan
Islam
Secara khusus pemikiran pendidikan
islam memiliki tujuan sangat komplek diantaranya adalah :
- Untuk
membangun kebiasaan berpikir ilmiah, dinamis dan kritis terhadap
persoalan-persoalan di seputar pendidikan islam.
- Untuk
memberikan dasar berfikir inklusif terhadap ajaran islam dan akomodatif
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh intelektual
diluar islam.
- Untuk
menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana yang ditujukan oleh
Rosulullah dan para kaum intelektual muslim pada abad pertama sampai abad
pertengahan, terutama dalam merekonstruksi sistem pendidikan islam yang
lebih baik.
- Untuk memberikan kontribusi pemikiran
bagi pengembangan sistem pendidikan nasional.
C.
Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam
1.
Masa Rasulullah SAW
Dalam catatan sejarah, eksistensi pendidikan Islam telah ada
sejak Islam pertama kali diturunkan .Ketika Rasulullah mendapat perintah dari
Allah untuk menyebarkan ajaran Islam, maka apa yang dilakukan, jelas masuk
dalam kata gori pendidikan. Kepribadiannya merupakan wujudan ideal Islam
tentang seorang guru dan pendidik.
Dalam Al-Qur’an, ayat yang pertama kali diturunkan Allah
berhubungan langsung dengan pendidikan .Surah Al-Alaq jelas mengandung nilai
filosofi yang menjadi dasarkegiatan pendidikan.Hal tersebut menunjukkan
penekanan dan pandangan Al-Qur,an terhadap pentingnya ilmu pengetahuan .
Ketika di Mekah, proses pendidikan Islam dilakukan Nabi
Muhammad dan para sahabat di Darul Arqam, sebagai pusat pendidikan dan
dakwah.DiMadinah proses pendidikan dilakukan di Masjid, yang mana di dalam
Masjid tersebut terdapat suffah yang berfungsi sebagai tempat pendidikan dan
tempat tinggal bagi pendatang yang dating ke Madinah.[2]
Kebijakan lain yang dilakukan oleh Nabi dalam memajukan
pendidikan Islam dalah melalui pemamfaatan para tawanan perang badar .Sejumlah
tawanan yang dapat menulis dan membaca akan dilepaskan Rasul bila ia mengajari
sepuluh anak-anak muslim menulis dan membaca.Pada era tersebut lembaga
pendidikan yang adalah bernama kuttab.yang berfungsi sebagai tempat pengajaran
pokok-pokok agama dan tulis baca.
2.
Masa Para Sahabat
Setelah Rasul Wafat perkembangan ilmu pengetahuan pun terus
berkembang,yang mana terus di kembangkan oleh para kahlifah dan sahabat
lainnya.Namun para sahabat pada masa itu mengalami kesulitan, tapi berkat
ajaran yang ditinggalkan oleh Rasul, para sahabat dapat melewati kesulitan
tersebut, sehingga pada saat itu kehidupan dimasa rasul seakan-akan terulang
kembali.Pemikiran pendidikan Islam masih tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an
dan Hadist Rasul sebagai sumber utama rujukan pendidikannya.Tidak ada pemikiran
baru pada masa tersebut, kecuali hanya sedikit bercampur dengan filsafat
yunani.Akan tetapi sangat terbatas dan pengaruhnya sangat sedikit, sebagian
besar berkisar pada logika bukan filsafat dalam pengertian yang luas seperti
masa-masa sesudah khulafaurrasidin
3.
Masa Bani Umayyah
Pada masa Umayyah pemikiran pendidikan Islam memasuki babak
baru, dimana kstabilan politik telah dirasakan oleh negri –negri Islam .Oleh
karena itu, tidak heran jika perhatian orang-oarang Islam sudah mengarah pada
masalah kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan peradaban- peradaban baru .Dalam waktu
yang sama mereka memberikan perhatian besar pada ilmu bahasa, sastra, dan agama
untuk memelihanya dari pikiran – pikiran luar.
Pemikiran pendidikan Islam pada masa ini juga tersebar pada
beberapa tulisan ahli Nahwu, sastra, hadist, dan tafsir.Pada masa ini para ahli
tersebut mulai mencatat ilmu-ilmu bahasa, sastra dan agama untuk menjaga agar
tidak diseludupkan pikiran-pikiran lain dan perubahan yang akan merusaknya .
5.
Pada Masa Abbasyah
Sedangkan perkembangan pemikiran pendidikan Islam pada masa
Abbasiyyah merupakan masa keterbukaan terhadap kebudayaan dan peradap peradapan
asing seluas-luasnya.Sehingga bermunculan lah para pemikir-pemikir baru,
seperti munculnya empat imam mazhab terkenal dibidang ilmu fiqih yakni Imam Abu
Hanifah(80-150 H), Imam Malik (95-179 H), Imam Asy-Syafi’i(150-204 H) dan Imam
Hanbali (164-241 H).Selain dari itu muncul pula pengumpul hadits yang sangat
mashur yakni Imam AL-Bukhari (194-256 H).
Perkembangan tersebut dalam sejarah Islam dikenal nmasa
“keemasan”, karena pada saat itu ilmu-ilmu akal sudah mulai masuk dan
bermunculan, pembinaan sekolah –sekolah, dan timbulnya pemikiran pendidikan
yang istimewa.Selain dari itu penerjemahan terhadap buku-buku filsafat yunani
kedalam bahasa arab sangat gencar dilakukan, begitupun dengan buku-buku budaya
lain, seperti Persia,India, sehingga dalam waktu 150 tahun hamper semua ilmu
pengetahuan yang ada sudah dibukukan kedalam bahasa Arab.[3]
D. Tokoh pemikir pendidikan islam
1. Ibn Miskawaih (Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Ibn
Miskawaih )
Lahir di rayy sekitar tahun 320
H./ 432 M. dan meninggal di isfaham pada tanggal 9 safar buwaihi yang
berlatarbelakang mazhab syi’ah. Perhatiannya dalam menuntut ilmu sangat besar.
Hal ini tercermin dari bidang ilmu pengetahuan yang ditekuninya. Dalam bidang
sejarah umpamanya, ia belajar dengan Abu Bakar Ahmad ibn Kamil al-qadhi,
filsafat dengan ibn al-khammar, dan kimia dengan Abu Thayyib.
Pemikirannya tentang pendidikan lebih
berorientasi pada pentingnya pendidikan akhlak. hal ini tercermin dari karya
monumentalnya, Tahzib al-akhlaq. melalui karya tersebut Miaskawih menyetakan
bahwa tujuan endidikan adalah terwujudnya sikap batin yang secara spontan mampu
mendorong lahirnya perilaku dalam memperoleh kerimah-perilaku yang demikian
akan sangat membantu peserta didik dalam memperoleh kesempurnaan dan
kebahagiaan yang sejati.
2.
Ibn Sina (Abu Ali al-Husaiyn
ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Sina)[4]
Llahir pada tahun 370/ 980 di asyanah, Bukhara
(dalam peta modern masuknya Turkistan) ia wafat oleh penyakit disentri pada
tahun 428/ 1037 dan dimakamkan di Hamadan (sekarang dalam wilayah Iran). Hasil
pemikiran dari Ibn Sina diantaranya :
a. Falsafah wujud
b. Falsafah Faidh
c. Falsafah Jiwa
3.
Ibn Khaldum (Waliuddin
Abdurrahman bin Muhamad bin Muhammad bin Hasan bin Jobir bin Muhammad
binIbrahin bin Abdurrahman bin Walid bin Usman)
Lahir di Tunisia pada tanggal
1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M dan wafat di Kairo 25 Ramadhan 808 H/ 19 Maret
406 M.
Diantara
stressing ruint pemikiran Khaldum adalah pada bidang pendidikan islam dalam
melaksanakan pendidikan, maka menurut Khaldum paling tidak ada dua tujuan yang
perlu disentuh yaitu jasmaniah dan rohaniah.
4.
Muhammad Abdus ibn hasan
Khairuddin,
Lahir
pada tahun 1265 H/ 1849 M. Pada sebuah desa dipropinsi Gharbuyyah-ia lahir dari
lingkungan petani sederhana yang taat dan sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Menurut
Abduh metode yang kuno sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dewasa ini,
sebab metode tersebut menurut tumbuhnya daya peserta didik dalam bukunya al-
a’mal al-kamila Abduh menawarkan metode pendidikan yang lebih dinamis dan
kondusif bagi pengembangan intelektual peserta didik. Metode yang di maksud
adalah metode diskusi.[5]
5.
Ismail raji al faruqi,
Lahir
di Sayfa (palestina) pada tanggal 1 Januari 1921. Ia meninggal pada tanggal 1986.
latar belakang pendidikannya ditempuh pada pendidikan barat yaitu Colege Des
Peres (1936). Kemudian pendidikan pasca sarjana mudanya ia rampungkan pada
America University (1941). Kemuudian program magisternya pada Indian University
dan harvard University dalam bidang filsafat. sedangkan gelar doktor ia peroleh
pada indian university dalam bidang yang sama.
Menurut analisis al-faruq umat
islam saat ini berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan lemah, baik
secara moral, politik, dan ekonomi terutama komunitas intelektual dalam wacana
keagamaan, umat islam terbelenggu oleh Khurafal, kondisi ini membuat umat islam
taqlid yang berlebihan terutama dalam aspek syariat. Kondisi ini membuat umat
islam berada dalam kondisi statis dan enggan melakukan kreativitas, ijtihad.
6.
Syed Muhammad Waquib al-attas
Lahirkan
di Bogor Jawa Barat pada tanggal 5 September 1931. Paradigma pemikiran al-attas
bila diaji secara historis merupakan sebuah pemikiran yang berasal dari dunia
metafisika kemudian kedunia kosmologis dan mermuara pada dunia psikologis,
perjalanan kehidupan dan pengalaman pendidikannya memberikan andil yang yang
sangat besar dalam pembentukan paradigma pemikiran selanjutnya.
E. Perkembangan
Pemikiran Islam Di Indonesia
Pemikiran
pendidikan Islam di Indonesia dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu:
1) periode
sebelum Indonesia merdeka ((1900-menjelang 1945)
Menurut Wirjosukarto (1985) pada periode tersebut
terdapat dua corak pendidikan, yaitu
·
corak lama yang berpusat pada pesantren.
Ciri-ciri corak ini yaitu
(1) menyiapkan kiayi atau ulama’
yang hanya menguasai masalh agama semata;
(2) kurang diberikan pengetahuan
untuk mengetahui perjuangan hidup sehari-hari dan pengetahuan umum sama sekali
tidak diberikan;
(3) sikap isolasi yang disebabkan
karena sikap non kooperasi secara total dari pihak pesantren terhadap apa saja
yang berbau Barat,
·
corak baru dari perguruan (sekolah-sekolah) yang didirikan oleh
pemerintah Belanda.agama saja.
ciriciri corak baru adalah:
(1) hanya menonjolkan intelek dan
sekaligus hendak melahirkan golongan intelek;
(2) pada umumnya bersikap negatif
terhadap agama Islam;
(3) alam pikiranya terasing dari
kehidupan bangsanya.[6]
2) periode
Indonesia merdeka ((1945-sekarang).
Pada
awal masa kemerdekaan, pemerintah dan bangsa Indonesia mewarisi sistem
pendidikan dan pengajaran yang dualistis, yaitu:
- sistem
pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah umum yang sekuler, tak
mengenal ajaran agama, yang merupakan warisan dari pemerintah kolonial
Belanda; dan
- sistem
pendidikan dan pengajaran Islam yang tumbuh dan berkembang dikalangan
masyarakat Islam sendiri, baik yang bercorak isolative-tradisional
maupun yang bercorak sentetis dengan
berbagai variasi pola pendidikanya sebagaimana uraian tersebut diatas.
Kedua
sistem pendidikan tersebut sering dianggap saling bertentangan serta tumbuh dan
berkembang secara terpisah satu sama lain. Sistem pendidikan dan pengajaran
yang pertama pada mulanya hanya menjangkau dan dinikmati oleh sebagian kalangan
masyarakat, terutama kalangan atas saja. Sedangkan yang ke dua sistem
pendidikan dan pengajaran Islam tumbuh dan berkembang secara mandiri di
kalangan rakyat dan berurat berakar dalam masyarakat. Hal ini diakui oleh Badan
Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dalam usul rekomendasinya
yang disampaikan kepada pemerintah, tentang Rencana Pokok-Pokok Pendidikan dan
Pengajaran Baru, pada tanggal 29 Desember 1945.
3) Tokoh
yang berperan di dalam pengembangan pemikiran pendidikan Islam di Indonesia,
diantaranya:
1.
Zainuddin Labay El-Yunusi
2.
KH. Ahmad Dahlan
3.
KH. Hasyim Asy’ari[7]
KESIMPULAN
Pemikiran Pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja
akal dan kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai
persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah
pradigma pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan
secara paripurna.
Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam disini dibahas yaitu:
Masa Rasulullah SAW, Masa Para Sahabat, Masa Bani Umayyah, dan Masa Abbasyah.
Tokoh pemikir
pendidikan islam,
Ibn
Miskawaih (Ahmad
Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Ibn Miskawaih ),
Ibn
Sina (Abu Ali al-Husaiyn ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Sina), Ibn Khaldum
(Waliuddin Abdurrahman bin Muhamad bin Muhammad bin Hasan bin Jobir bin
Muhammad binIbrahin bin Abdurrahman bin Walid bin Usman), Muhammad Abdus ibn
hasan Khairuddin, Ismail raji al faruqi, dan Syed Muhammad Waquib al-attas.
Pemikiran
pendidikan Islam di Indonesia dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu: periode
sebelum Indonesia merdeka, dan periode Indonesia merdeka.
Corak-corak
pemikiran pendidikan Islam sebelum Indonesia merdeka meliputi: Corak
lama, Corak baru. Tokoh yang berperan di dalam pengembangan pemikiran
pendidikan Islam di Indonesia, diantaranya: Zainuddin Labay El-Yunusi, KH.
Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari
DAFTAR PUSTAKA
Nasution,Harun. 1996. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : Universitas Indonesia.
Nata,
Abuddin .2011. Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta: Pranada Media Group
Hasan Langgulung.
1992. Asas-asas Pendidikan Islam,( Jakarta:Pustaka Al-Husna)
Susanto,
A, 2009, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta:
Amzah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar