PENDAHULUAN
Islam di Asia Tenggara memiliki sejarah panjang dan
tersendiri. Beberapa negara utama di kawasan ini, seperti Malaysia, Indonesia,
dan Brunai Darussalam adalah negara-negara dengan mayoritas muslim. Bahakan
jumlah penduduk muslim yang ada di Asia Tenggara melebihi jumlah penduduk yang
ada di kawasan Timur Tengah. Namun demikian Asia Tenggara masih menyisakan
beberapa kelompok Islam sebagai minoritas.
Minoritas muslim di Asia Tenggara juga tampak beragam
meskipun terdapat setidaknya dua hal yang bisa membantu menjelaskan masyarakat
Islam Minoritas itu. Salah satunya masyarakat muslim penghuni asal yang
mendapati diri mereka menjadi minoritas karena perubahan dan perkembanagn
geografis dan politik. Kasus paling nyata dalam hal ini terjadi pada kaum
muslim Pattani di Thailand pada perempat terakhir abad ke-18.
Sering terjadi perbenturan antar Islam dan kelompok lain di
daerah non-Islam. Konflik seperti inilah yang mengindikan banyaknya permaslahan
yang komplek yang dihadapi minoritas Islam di Asia Tenggara. Ditambah lagi
dengan kesenjangan di berbagai bidang seperti pendidikan dan ekonomi membuat
semangat kemerdekaan diri tidak mudah hilang.
Namun, dari semuanya itu perkembangan minoritas Islam di
kawasan Asia Tenggara memberikan harapan dan tantangan baru bagi munculnya
corak dan ragam Islam yang lebih mudah menerima konsekuensi pluralisme agama
dan budaya, serta mampu menunjukkan daya saingnya di tengah-tengah
kecenderungan kompetisi global di hampir segala bidang.
PEMBAHASAN
Beberapa permasalahan Islam minoritas diantaranya dapat
ditemui di daerah Pattani (Thailand), dan Moro (Philipina).
A. Muslim Pattani (Thailand)
1. Sejarah Awal Islam di Pattani
(Thailand)
(Teluban), Yala
(Jalor) dan sebagian Senggora (Songkla, sebayor dan Tibor). Islam diperkirakan
masuk ke kawasan Pattani, Thailand selatan pada abad X atau XI lewat jalur
perdagangan. Penyebaran Islam dilakukan para guru sufi pengembara dan pedagang
yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Bukti yang menguatkan
pendapat ini adalah ditemukannya sebuah batu nisan yang bertuliskan arab di
dekat kampung Kampung Teluk Cik Munah, Pekan pahang yang bertarikh 1028 M.
orang-orang Siam (Thai) mengenal orang-orang ini dengan sebutan Khei atau Khaek
yang secara bahasa berarti pendatang atau orang yang datang menumpang.[1]
Pada masa jayanya di daerah ini terdapat kerajaan Islam
Melayu yang yang maju dan menjadi salah satu pusat perdagangan Asia Tenggara.
Kerajaan ini dikenal dengan Negeri Pattani besar mencakup berbagai wilayah
seperti kawasan pesisir timur Semenanjung Malaka, Teluk Siam, dan kawasan laut
China Selatan seperti narathiwat
2. Pergulatan Politik Minoritas Muslim
Pattani
Semuanya berawal dari akhir pemerintahan raja kuning (1635-1688), patani
menuju zaman kemerosotan hal itu disebabkan oleh konflik perebutan
kekuasaanantara sesaman pewaris kerajaan. Intensitas perang saudara yang kerap
terjadi menyebabkan situasi keamanan tidak terjamin sehingga patani tidak lagi
menjadi tumpuan para pedagang hal ini berlanjut sampai pada abad XVIII.
Pada tahun 1785 phraya, raja siam menyerang dan menundukkan patani. Dalam
peperangan ini sultan Muhammad penguasa patani waktu itu beserta ribuan
rakyatnya telah syahid dan lainya ditawan dibangkok. Kemudian Tengku Labidin,
raja bendang badan dilantik oleh siam sebagai raja patani yang baru . akan
tetapi paa 1791 tengku lamidin dibantu oleh raja annam yang beragama islam
,Okpaya Cho So, dan syekh Abdul Kamal berbalik melawan siam. Namun
pemberontakan ini gagal. Kemudian pihak siam melantik datok zangkalan sebagai
raja patani baru .namun ternyata datuk pangkalan juga berbalik melawan siam
pada 1808 meskipun pemberontakan ini juga gagal.
Untuk mengatasi kemungkinan pemebrontakan daerah patani kerajaan siam
membagi patani menjadi tujuh buah negeri atau hua muang.
Pada tahun
1821 siam menyerang kedah dan memaksa sultan Abdullah melarikan diri ke pulau
penang. Sejak itu kedah berada dibawah pengaruh siam. Kekuasaan siam atas
negeri2 melayu ini telah diakui oleh inggris sebagaimana
Penguasaan Pattani oleh Thailand terjadi pada tahun 1785,
secara berturut-turut pemerintah Thai memberlakukan beberapa kebijakan politik.
Diantaranya adalah kebijakan politik devide et impera (1816-1902),
kebijakan integrasi dan pembangunan nasional (1902-1940), kebijakan asimilasi
kebudayaan dan transmigrasi (1940-1980), dan kebijakan Tai Rum Jen serta
Kuam Wang Mai atau lebih dikenal dengan Aspirasi baru yang diberlakukan
sejak tahun 1980 hingga sekarang.
Sedangkan proses lenyapnya kekuasaan kerajaan Pattani dan
masuknya ke dalam kekuasaan Thailand (Siam) disebut dengan Thesaphiban.
Proses ini terjadi pada tahun 1902 M dan diikuti dengan proses pembauran (Siamisasi).
Raja kehilangan kewibawaan dalam bidang politik dan ekonomi. Sementara itu,
peranan ulama, semakin kecil karena adanya pembatasan pelaksanaan syariat.
Peristiwa ini merugikan kaum muslim dan sebagai akibatnya terjadi pemberontakan
lokal terhadap Bangkok yang dipimpin para ulama pada tahun 1910 dan 1911.
- Perang Dunia II dan masalah patani
perang yang melanda asia tenggara telah mendatangkan banyak
perubahan pada rakyat dikawasan itu.[2]
Perbatasan yang sudah ada diubah, kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi disusun
kembali, dan zaman penjajahan sedang diakhiri berkat gejolak nasionalisme yang
melanda kawasan itu. pibul songkram memihak japang dalam 1941dan mengumumkan
perang terhadap sekutu barat. Pesekutuan thai-jepang itu menghasilkan
keuntungan bagi pemerintah Bangkok (siam), daerah yang dicaplok dengan kekerasan oleh
perancis dibagian timur laut dan inggris dibagian selatan dikembalikan kepada
muangthai oleh tentara je[ang yang menduduki daerah-daerah itu. Keempat
kesultanan yang tadinya tuntuk pada pemerintah Bangkok yang diserahkan kepada
inggris berdasarkan kepada inggris berdasarkan perjanjian inggris-thai tahun
1909 ditempatkan kembali dibawah kekuasaan Thailand.hal ini sangat cocok dengan
keinginan pemerintah Bangkok yang ultra –nasionalis.
Pada masa Pibul Songkram,dilancarkan
program Rathaniyom suatu program yang didasarkan pada ultra-nasianalisme siam.
Program ini tujuanya adalah membentuk Negara siam sejati berdasarkan satu agama
bangsa,bahasa, dan kebudayaan siam. Seluruh program ini dituangkan dalam tujuh
dekrit. Pada masa ini jugala ditukar istila siam menjadi Thailand. Bagi
masyarakat melayu patani program rataniyom 1939 adalah malapetaka besar,karena
tidak lagi dibenarkan menggunakan nama melayu bahkan mempelajari agama islam.
Puncaknya pada 1944
jawatan kadhi dihapuskan dan masalah berkaitan dengan perkawinan ddan harta
pusaka diuruskan berdasarkan undang-undang sipil, bukan syariat. Menyadari
bahwa program rataniyom akhirnya akan melenyapkan indentitas dan budaya melayu
patani,bahkan budaya islam maka haji Sulung bin Abdul Kadir mendirikan lembaga
he’et al-Napadh alLahkanal shariat (badan untuk mempertahankan undang-undang
syari’at) dengan tujuan mempertahankan eksistensi hukum syariat di Patani.[3]
Haji Sulong,juga mendirikan gerakan rakyat patani (GRP) pada
3 april 1947. Haji sulong ini juga menyampaikan resolusi 7 pasal tetapi usul
ini ditolak oleh pemerintah thai. Bahkan haji sulong dan anak laki-lakinya
beserta empat pengikutnya ditangkap dan diperkirakan dibunuh oleh pemerintah
thai.
- Upaya dan Perjuangan Umat Patani Dalam memperjuangkan
identitas
Seperti sudah digambarkan sebelumnya, islam di Patani
berbeda dengan islam di Bangkok dan chiang mai. Karena masyarakat islam Patani
adalah penduduk asli Patani telah memeluk islam sejak sangat lama. Kondisi
spesipik itu diperkuat lagi ileh hubungan kekerabatan tradisional dengan umat
islam di berbagai Negara bagian malaysia utara.
Upaya- upaya dan perjuangan umat patani dalam memperjuangkan
indentitas mereka diantaranya :
- Lahirnya Gerakan
Rakyat Patani (GRP) yang didirikan oleh haji Sulong pada april 1947.
- Mengadakan Musyawarah Perhumpunan Rakyat Patani di
Kelantan pada pebruari 1948.
- Lahirnya organisasi Gabungan
Melayu Patani Raya ( GEMPAR)
- Adanya Barisan Revolusi
Nasional Melayu Patani (BRN-Kongres) pada tahun 1970.
- Mendirikan Patani United
Liberation (PULO) pada tahun 1968
- Mendirikan Gerakan Mujahidin
Patani ( GMP) pada tahun 1989
5. Kehidupan Masyarakat
Pemerintah Thailand seringkali menyebut orang Muslim pattani
sebagai Islam Thai sebuah istilah yang sebenarnya kurang tepat karena
mereka lebih dekat dengan etnis dan budaya melayu daripada Thailand. Mereka
adalah kelompok etnik yang terpisah dari induknya dunia melayu muslim Asia
Tenggara.[4]
Sampai akhir abad XIX, kehidupan ekonomi Pattani bergantung kegiatan ekonomi
subsisten, seperti pertanian padi, penagkapan ikan, pertambangan, dan
perdagangan eceran.
Struktur sosial di Pattani menunjukkan kedudukan sosial,
ekonomi, dan politik muslim Pattani berada pada tingkat bawah. Sejak perang
Pasifik, bidang politik hampir seluruhnya berada dalam dominasi kelompok etnis
Thai. Sementara dalam bidang ekonomi dalam skala besar merupakan lahan bagi
etnis Cina. Jenis pekerjaan yang masih mungkin adalah ekonomi tradisional yang
bersifat subsisten. Tidaklah mengherankan apabila sebgian masyarakat terutama
generasi muda yang lebi tertari untuk migrasi ke kota-kota besar seperti
Bangkok bahkan sampai Malaysia dan Singapura.
6. Perkembangan Keagamaan
Perkembangan Islam di pattani dapat
dikatakan sebanding dengan perkembangan Islam di Nusantara. Pada zaman kerajaan
dan kesultanan di Pattani, Islam menjadi simbol dan paradigma dalam sistem
pemerinahannya. Adapun di daerah lain seperti bangkok dan daerah utara pengaruh
Islam lebih terbatas pada pribadi.
Sekarang ini, kebebasan memeluk
agama dan mengamalkannya dijamin pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan
terbitnya Undang-undang Kelembagaan Negara Thailand tahun 1997 akta nomor 38.
hal ini tentu saja memberikan kesempatan bagi muslim untuk menjalankan
syariatnya. Mereka bisa melakukan pernikahan dan melaksanakan hukum waris
sesuai kaidah hukum Islam yang berlaku.
B. Muslim Moro (Filipina)
1. Sejarah Awal Islam Moro
Muslim Moro berada di negara Filipina. Negara Filipina
adalah negera kepulauan yang terdiri dari 7.109 pulau tropis dengan luas total
wilayah 29.629.000 hektare dan terdiri atas beragam etnis, bahasa dan agama.
Meskipun demikian negara ini mayoritas penduduknya beragama katolik. Menurut
sensusu tahun 1990 junlah kelompok muslim adalah 5 % dari keseluruhan penduduk
Filipina yakni sekitar 2,8 juta jiwa dari populasi 65 juta penduduk. Sementara
sumber lain menyebutkan jumlahnya 7 juta orang atau 10 % penduduk. Mereka
Merupakan komunitas agama kedua terbesar di Filipina.[5]
Jumlah ini cukup menjadikan mereka minoritas baik dari segi
budaya maupun politik. Mereka bertempat tinggal di kawasan Filipina Selatan,
khususnya di Pulau Mindanao dan Kepulauan Sulu. Umat Islam di sana sering
disebut sebagai bangsa Moro. Menurut catatan sejarahnya, istilah Moro
merujuk kepada Moor, Moriscor atau Muslim. Kata Moor
berasal dari kata latin Mauri sebuah istilah yang sering kali digunakan
orang-orang Romawi Kuno untuk menyebutkan penduduk wilayah Aljazair barat dan
maroko. Ketika bangasa Spanyol tiba di wilayah di wilayah Filipina dan
menemukan sebuah bangsa yang memiliki agama dan adat istiadat seperti
orang-orang Moor di Spanyol, maka mereka mulai menyebut orang-orang
tersebut dengan istilah Moro.
Islam masuk ke Filipina selatan tidak lama setelah Islam
berkembang di dunia Melayu. Islam sudah berkembang di beberapa kepulauan,
khususnya Sulu di perempat terakhir bad ke-13.
ini
beratri kedatangan Islam ke sana jauh lebih awal dibandingkan kedatangan bangsa
kolonial, khususnya Spanyol.
Sumber dari kedatangan Islam bisa ditelusuri lewat Tarsila.
Walaupun banyak mengandung mitos tapi tarsila cukup kronologis untuk
menjelaskan asal mula dan perkembanagn awal Islam Moro.islam berkembang melalui
jalan perdagangan dan disebarkan melalui para dai yang di kawasan Filipina
Selatan dikenal dengan sebutan Masya'lik, Makdumin dan Auliya.
Pada abad ke-14 terjadi proses Islamisasi dalam bidang pendidikan dan abad
ke-15 terjadi pengaruh politik dari para pedagang Melayu.
Kedatangan bangsa Spanyol pada tahun 1565 ke Filipina untuk
mendirikan koloni dengan segala nuansa kristennya sangat berpengaruh dalam
kehidupan sosial dan budaya Filipina secara langsung maupun tidak langsung.
Proses islamisasi terhambat penyebaran Islam hanya sampai di Sulu dan Mindanao.[6]
2. Masalah Umat Islam Dan Pemerintahan Filipina
Pada tahun
1564, datu rombongan kerajaan sepanyo dibawah pimpinan Miguel Lopez de Legazpi,
bersama 6 orang missionaries Kristen tiba di cebu pada penghujung tahun itu.
Pada 1517 pasukan legazpi menaklukkan manila yang ketika itu merupakan salah
satu kerajaan islam. Mulai saat itu, maka penjarahan dan penjajahan terhadap
Filipina oleh spanyol berlangsung sampai datangnya tentara jepang dan kemudian
Amerika Serikat, selama lebih kurang 300 tahun.
Spanyol
melancarkan serangan terhadap umat Islam filifina yang mereka sebut dengan moro
dengan pertimbangan persaingan dan pertentangan agama dan politik. Namun, tidak
seluru muslim Filipina dapat dapat dikristenkan khususnya umat sulu,mindanau
dasn sekitarnya. Mereka tidak saja menolak untuk dikristenkan tetapi memberikan
perlawanan yang tidak kenal menyerah. Akibatnya terjadila peperangan yang abadi
antara colonial spanyol-kemudian Kolonial amerika Serikat dan penguasa Filipina
merdeka.
Wilayah
Mindanao dan Sulu di Selatan Filipina tidak pernah bisa ditundukkan oleh
pasukan Spanyol. Namun demikian, Spanyol tetap menganggapnya sebagai bagian
dari koloninya. Hal ini terbukti dengan ditanda tanganinya Traktat Paris pada
tahun 1898 yang mengalihkan hak penguasaan wilayah Filipina termasuk daerah
Selatan kepada Amerika Serikat dengan harga 20 juta dolar AS. Sejak itu Amerika
mengambil alih kekuasaan di Filipina. Kemerdekaan Filipina baru terjadi tahun 1946.
namun kemerdekaaan itu tidak berpengaruh banyak bagi status politik dan
kesejahteraan bangsa Moro.setelah merdeka otomatis pemerintahan dikendalikan
oleh orang-orang katolik di Filipina Utara.[7]
Perbenturan
yang terjadi antara kelompok Islam dan kekuatan Barat dan juga pemerintahan
Filipina seringkali menumbuhkan kesadaran di kalangan muslim Filipina akan
pentingnya merepresentasikan nilai-nilai dan simbol umat Islam, seperti yang
pernah mereka miliki lewat kesultanan Islam di Filipina Selatan.
- Upaya dan Perjuangan muslim Filipina
Penindasan terhadap kaum muslim Moro menyebabkan munculnya
gerakan perjuangan bangsa Moro seperti :
a. Muslim Independen Movement (MIM)
yang didirikan oleh Udtog Matalam, pada tahun 1968
b. Moro Liberation Front (MLF) pada
tahun 1971.
c. kelompok nasionali sekuler pimpinan Nur
Misuari yang mendirikan Moro National Liberation Front (MILF)
d. kelompok Moro Islamic Liberation
front (MILF) yang dipimpin oleh Hashim Salamat.
Dalam perjalanannya MNLF pun pecah lagi menjadi kelompok
MNLF Reformasi di bawah pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf
di bawah pimpinan Abdurrahman Janjalani (1993).secara umum kebangkitan Islam di
Filipina berkembang dalam dua paradigma: pertama, pradigma radikal yang
dikembangkan oleh para aktivis MNLF, yang semula merupakan kelompok minoritas
di kalangan umat Islam. MNLF pernah mengeluarkan manifesto yang menyerukan
kemerdekaan bangsa Moro.
Kedua,
pandangan moderat yang menginginkan adanya berbagai perubahan sosial dalam
konteks lebih luas. Sikap politik bangsa Filipina dalam menghadapi tuntutan
bangsa Moro sangat jelas. Mereka tidak mungkin akan membiarkan orang-orang
Islam memisahkan dan memerdekakan diri. Meskipun akhirnya dalam perkembanagn
terakhir politik nasional Filipina orang-orang Moro diberikan otonomi, hal ini
tidak menghilangkan potensi konflik yang bisa muncul kembali.
Pada tanggal 16 Agustus 1996, wakil-wakil dari MNLF dan
pemerintah Filipina sepakat bertemu dan merundingkan rencana perdamaian di
Istana Merdeka, jakarta. Selanjutnya tanggal 2 September 1996, naskah
perjanjian perdamaian ditandatangani oleh Nur misuari (Ketua MNLF) dan Fidel
Ramos (Presiden Filipina) di Manila.
4. Perkembanagan ekonomi, sosial dan
budaya
Masyarakat muslim terkonsentrasi di wilayah otonom Filipina
Selatan. Mereka ada di kepulauan Mindanao, daerah ujung selatan Palawan, dan
gugusan kepulauan Sulu. Secara etnis dan bahasa mereka setidaknya terdiri dari
tiga belas kelompok bahasa. Mereka berkedudukan di 13 propinsi yang berada di
empat wilayah perundang-undangan yang berbeda.
Dari segi etnis, tiga suku diantaranya yakni, suku maranao,
tausug dan Manguindanao merupakan kelompok etnis muslim terbesar di kawasan ini
memiliki penduduk muslim sekitar 75 % dari jumlah total penduduk muslim di
Filipina.
Dilihat dari jenis, setidaknya sampai 1970-an, masyarakat
muslim Filipina tidak banyak yang berbeda dari warga lainnya. Mayoritas dari
mereka menekuni bidang pertanian, perikanan, dan ekonomi yang berbasis pada
hutan. Kaum muslim Manguindanau banyak ayang bertani sawah, sedangkan
masyarakat maranau dikenal sebagai pengrajin kuningan dan tenunan, selain
bertanam padi dan jagung di pegunungan. Sebagian mereka juga dikenal sebagai
pedagang yang terkenal sampai ke pelosok-pelosok Filipina.[8]
Orang Tausug yang tinggal di pesisir umumnya bekerja sebagai
nelayan, hampir sama dengan sebagian masyarakat Iranun, kalagan, dan Samal
pesisir.fenomena yang agak berbeda terdapat pada orang-orang tagalog Islam yang
karena mengalami proses urbanisasi besar-besaran, telah beralih menjadi pekerja
profesional baik di kantor maupun pabrik di daerah perkotaan.
5. Perkembangan keagamaan
Ketika konflik ketegangan antara kelompok Islam di Filipina
secara keseluruhan. Mereda, terjadi perkembanagan yang menarikdalam Islam di
Filipina. Mislanya, kantor Urusan Agama Islam (OCIA) dianggap sebagai simbol
perhatian pemerintah Filipina terhadap maslah umat Islam. Pada tahun 1973,
pemerintah mendirikan Institute of Asian and Islamic Studies di Mindanao State
University. Kemudian, nama lembaga kajian ini diubah menjadi King Faisal Center
for Islamic and Arabic Studies.
Respons yang positif dari pemerintah Filipina juga diberikan
pada bidang-bidang lainnya. Pada 1973, pemerintah mendirikan Philipine Amanah
bank, sebuah bank komersial yang bermarkas di manila untuk mengembangkan
berbagai aspek perekonomian masyarakat Islam seperti pertanian, pabrik,
pertambangan, transfortasi dan industri.[9]
Penindasan terhadap kaum muslim Moro menyebabkan munculnya
gerakan perjuangan bangsa Moro seperti :Muslim Independen Movement (MIM), Moro
Liberation Front (MLF), mendirikan Moro National Liberation Front (MILF),
kelompok Moro Islamic Liberation front (MILF)
KESIMPULAN
Beberapa permasalahan Islam minoritas diantaranya dapat
ditemui di daerah Pattani (Thailand), dan Moro (Philipina). Islam diperkirakan
masuk ke kawasan Pattani, Thailand selatan pada abad X atau XI lewat jalur
perdagangan. Penyebaran Islam dilakukan para guru sufi pengembara dan pedagang
yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India.
Puncaknya pada 1944
jawatan kadhi dihapuskan dan masalah berkaitan dengan perkawinan ddan harta
pusaka diuruskan berdasarkan undang-undang sipil, bukan syariat. Menyadari
bahwa program rataniyom akhirnya akan melenyapkan indentitas dan budaya melayu
patani,bahkan budaya islam maka haji sulung bin abdul kadir mendirikan lembaga
he’et al-Napadh alLahkanal shariat (badan untuk mempertahankan undang-undang
syari’at) dengan tujuan mempertahankan eksistensi hukum syariat di patani.
Upaya- upaya dan perjuangan umat patani dalam memperjuangkan
indentitas mereka diantaranya :Lahirnya
Gerakan Rakyat Patani (GRP),Mengadakan Musyawarah Perhumpunan Rakyat
Patani di Kelantan ,Lahirnya organisasi Gabungan Melayu Patani Raya ( GEMPAR),
Adanya Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani (BRN-Kongres), Mendirikan Patani
United Liberation (PULO),dan Mendirikan Gerakan Mujahidin Patani ( GMP) pada
tahun 1989.
Islam masuk ke Filipina selatan tidak lama setelah Islam
berkembang di dunia Melayu. Islam sudah berkembang di beberapa kepulauan,
khususnya Sulu di perempat terakhir bad ke-13. ini beratri kedatangan Islam ke
sana jauh lebih awal dibandingkan kedatangan bangsa kolonial, khususnya
Spanyol.
Wilayah Mindanao dan Sulu di Selatan
Filipina tidak pernah bisa ditundukkan oleh pasukan Spanyol. Namun demikian,
Spanyol tetap menganggapnya sebagai bagian dari koloninya. Hal ini terbukti
dengan ditanda tanganinya Traktat Paris pada tahun 1898 yang mengalihkan hak
penguasaan wilayah Filipina termasuk daerah Selatan kepada Amerika Serikat
dengan harga 20 juta dolar AS. Sejak itu Amerika mengambil alih kekuasaan di
Filipina. Kemerdekaan Filipina baru terjadi tahun 1946. namun kemerdekaaan itu
tidak berpengaruh banyak bagi status politik dan kesejahteraan bangsa
Moro.setelah merdeka otomatis pemerintahan dikendalikan oleh orang-orang
katolik di Filipina Utara.
DAFTAR
PUSTAKA
- Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam. 2002. Jilid 5 Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve.
- Pitsuwan, Surin.1989. Islam
di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patan. Jakarta: LP3ES,
1989
- Majul, Cesar A.. 1989. Dinamika
Islam Filipina. Jakarta: LP3ES,
1989
·
Surin Pitsuwan. 1989. Islam
Di Muangthai. Jakarta; LP3ES, 1989
·
Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. yogyakarta; Pustaka
Pelajat.
[1]. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Islam di Asia Tenggara,
Jilid 5 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 457.
[3]. Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (yogyakarta; Pustaka
Pelajat, 2010)hal. 92-93
[4]. Surin
Pitsuwan, Islam di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patan,
(Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 3.
[5]. Cesar
A. Majul, Dinamika Islam Filipina, ( Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 2.
[7]. Ibid Saifullah., hal. 126
[9]. Ibid inseklopedi., hal. 458
Tidak ada komentar:
Posting Komentar