Kamis, 18 Juni 2015

HUBUNGAN ISLAM INDONESIA dengan ISLAM MAROKO

HUBUNGAN ISLAM INDONESIA dengan ISLAM MAROKO

Disusun Oleh :


Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H Suyuthi Pulungan, MA

FAKULTAS ADAB dan HUMANIORA
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014



PENDAHULUAN

Sebagai dua bangsa yang memiliki ikatan relogiositas yang telah terjalin lama, maka kedekatan hubungan antara Indonesia dengan Maroko masih sangat kentara hingga sekarang. Antara Maroko dan Indonesia telah terjalin relasi yang berbasis pada ikatan keagamaan yang sangat kental.
            Kita tentu tahu bagaimana para ulama Maroko semenjak awal proses Islamisasi telah menjalin hubungan yang sangat dekat. Ibnu Batutah seorang sejarawan yang sangat terkenal di dunia Islam dan bahkan di dunia, telah menjadi saksi bagaimana wilayah ini pernah menjadi daerah tujuan perjalanan ilmuwan tersebut. Dalam perjalanannya mengarungi dunia, Ibnu Batutah pernah singgah di kerajaan Perlak yang merupakan kerajaan Islam awal di Nusantara. Perjalanan Ibnu Batutah ke Nusantara itulah yang kiranya menjadi saksi sejarah bahwa Nusantara pernah menjadi tempat singgah ulama dan ilmuwan sejarah tersebut. Tentu tidak akan menjadi tempat singgah Ibnu Batutah jika kerajaan Perlak tidak dikenal dalam peta perjalanannya.
            Ulama yang sangat terkenal berasal dari Maroko dan kemudian menjadi salah seorang dari sembilan wali di jawa adalah Maulana Maghribi yang menjadi penyebar Islam di wilayah Gresik Jawa Timur. Pada periode berikutnya, pengaruh ulama Maroko dalam pengembangan Islam di Indonesia semakin jelas. Yaitu dengan melalui literatur keilmuan dan tradisi intelektual, yaitu peran ulama klasik dan ulama kontemporer. Ada beberapa ulama Klassik Maroko yang hingga saat ini memiliki pengaruh intelektual kuat di kalangan muslim Indonesia, di antaranya; Muhammad Ibn. Ajurrum As Sonhaji (w: 1324 M).






PEMBAHASAN
HUBUNGAN ISLAM INDONESIA DENGAN SLAM MAROKO
Maroko secara georafis terletak di bagian utara benua Afrika, adalah Negara yang memiliki peran penting dalam sejarah masuknya Islam ke benua Eropa. Dimana keberhasilan Thariq bin Ziyad (w: 720 M) dan pasukannya dalam melakukan ekspansi militer pada tahun 711 M merupakan awal periode kejayaan Islam di Eropa.
Di Afrika bagian barat, ulama Maroko pun memiliki andil besar dalam penyebaran dan eksistensi Islam di kawasan tersebut. Pengaruh ulama ahli thoriqat (sufi) asal Maroko sangat kental dalam masyarakat muslim di Senegal, Nigeria, Ghana dan beberapa Negara Afrika barat lainnya. 
1.      Peran Ulama Maroko dalam penyebaran islam di tanah air.
a.       Kehadiran Ulama Maroko di Tanah Air:
Sejarah mencatat, bahwa ulama Maroko memiliki andil dalam proses penyebaran dan perkembangan Islam di Indonesia: Pertama, kunjungan petualang muslim asal kota Tanger Maroko, Ibnu Batutah (w: 1369 M) ke pulau Sumatera pada abad ke-14 Masehi, tepatnya pada saat kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Sultan Malik Al Zahir (w: 1383 M). Kunjungan ini dicatat dalam bukunya yang sangat popular, yaitu “Rihlah Ibnu Batutah” sebagai rangkuman dari misi dakwah dan petualangannya.
Kedua, peran Syaikh Maulana Malik Ibrahim (w: 1419 M) -salah seorang wali songo- yang merupakan tokoh sentral dalam penyebaran Islam di pulau Jawa. Ia dijuluki dengan nama “Syaikh Maghribi”, hal ini mengindikasikan bahwa ia berasal dari Maroko.
b.      Pengaruh Keilmuan Ulama Maroko di Indonesia:
            Pada periode berikutnya, pengaruh ulama Maroko dalam pengembangan Islam di Indonesia semakin jelas. Yaitu dengan melalui literatur keilmuan dan tradisi intelektual, yaitu peran ulama klasik dan ulama kontemporer. Ada beberapa ulama Klassik Maroko yang hingga saat ini memiliki pengaruh intelektual kuat di kalangan muslim Indonesia, di antaranya; Muhammad Ibn. Ajurrum As Sonhaji (w: 1324 M) pengarang Kitab Al Muqaddimah Al ajurrumiyah, dikenal dengan kitab Jurumiyah.
Ulama klassik Maroko yang juga memiliki pengaruh besar di tanah air adalah Muhammad Bin Sulaiman Al Jazuli (w: 1465 M), pengarang kitab Dala’il al Khoirat, kumpulan sholawat dan dzikir. Karena kualitas ruhaninya, kitab ini menjadi bacaan istiqamah (wiridan) bagi banyak ulama dan muslim di tanah air.
Selain As Sonhaji dan Al Jazuli, ulama klassik Maroko yang ikut andil dalam pengembangan Islam di Indonesia adalah Sidi Ahmad At Tijani (w: 1815 M). tokoh pendiri thariqat Tijaniyah ini dikagumi oleh banyak muslim Indonesia, sehingga ajaran tahriqatnya hingga saat ini diminati oleh muslim di tanah air.
Sedangkan intelektual kontemporer Maroko yang memiliki pengaruh kuat di Indonesia, di antaranya adalah: Mohammed Abid Aljabiri (w: 2010), proyeknya dalam bidang “reformasi pemikiran” yang dituangkan dalam beberapa buku, menjadi rujukan bagi kalangan akademisi dan intelektual muslim di Indonesia. Selain Al Jabiri, beberapa ulama dan intelektual Maroko turut mewarnai pemikiran dan keilmuan di tanah air, di antaranya; Ahmad Raisuni (pakar Maqasid Syari’ah), Bensalim Himmich (filsuf) dan Fatimah Mernissi (Pemikir dan Novelis).
2.      Maroko Sebagai Pusat Peradaban dan Tranmisi Islam Indonesia
Secara geogrfis, Maroko merupakan negara Islam paling barat yang terletak di benua Afrika utara dan lansung berbatasan dengan Spanyol dipisah oleh selat Gibraltar. Dengan letak gegrafis yang strategis ini, Maroko seringkali dinobatkan sebagai tempat dialog peradaban barat dan timur. Kenyataan ini juga didukung oleh keberadaan Universitas Al-Qarawiyyin sebagai perguruan tinggi Islam tertua di dunia. Al-Qarawiyyin yang berlokasi di kota Fez Maroko ini didirikan oleh kerajaan Murabithun pada abad ke-9 M. Ini lebih tua satu abad ketimbang Universitas Al-Azhar Mesir yang didirikan oleh dinasti Fathimiyah pada abad ke-10 M.
Dari kurun ke kurun Al-Qarawiyyin terus mengalami perkembangan pesat menjadi menara ilmu dan pusat peradaban. Universitas ini telah tercatat meluluskan sederet sarjana dan ilmuwan Muslim terkemuka, seperti Ibnu Khaldun (pakar sejarah dan sosiologi), Ibnu Rusyd (pakar fiqh madzhab Maliki), Az-Zawawi (pakar matematika), Ibnu Bajah (pakar kedokteran), Ibnu Al-Haj Al-Fasi (pakar hukum ), dan lain-lain. Tidak sedikit juga tokoh non-Muslim yang menimbah ilmu di Al-Qarawiyyin. Sebelum menjadi Paus, Gerbert of Aurillac (w. 1003 M) sempat menimba ilmu di universitas ini. Aurillac mempelajari matematika dan kemudian memperkenalkan penggunaan angka nol dan angka Arab ke Eropa. Pada tahun 1540 M, ilmuwan Belgia, Nichola Louvain pun tercatat sempat belajar bahasa Arab di Universitas Al-Qarawiyyin.Dalam konteks ini, peradaban barat patut berhutang budi kepada Universitas Al-Qarawiyyin. Betapa tidak, perguruan tinggi ini memegang peranan penting dalam pertukaran kebudayaan dan transfer pengetahuan dari dunia Muslim ke Eropa pada abad pertengahan.
Pesatnya perkembangan peradaban Islam di Maroka pada abad pertengahan ini mempunyai korelasi sangat penting dengan proses transmisi Islam ke kawasan nusantara. Sunan Maulana Malik Ibrahim sebagai penyiar Islam pertama di Indonesia tak lain adalah orang Maroko sehingga beliau dikenal pula dengan sebutan Syekh Maulana Maghribi (w. 1419 M). Karenanya tidak mengherankan jika banyak sekali wajah persamaan Islam di Indonesia dan Maroko. Pengembangan Islam dengan tetap menghargai tradisi lokal termasuk contoh persamaan yang sangat kental. Bahkan, jika di tanah air kita mengenal dan mengenang wali sembilan sebagai icon penyebaran dan pengembangan Islam, maka di Maroko juga mengenal istilah wali tujuh yang dianggap sangat berjasa dalam merintis dan mengembangkan tradisi sufisme.
Tradisi sufisme yang di Indonesia sering diartikan ke dalam dunia thariqat ternyata juga berasal dari negeri matahari terbenam ini. Syekh Al-Jazuli (w. 1465 M) yang sangat terkenal di tanah air dengan karyanya, dalailul khairat, adalah termasuk salah satu wali tujuh yang sangat dikenang di Maroko. Bahkan, beliau juga dikenal sebagai mujaddid (pembaharu) thariqat Syadziliyah yang juga terkenal dan banyak pengikutnya di tanah air. Syekh Asy-Syadzili sendiri (w. 1258 M) sebagai pendiri thariqat ini kurang kesohor di Maroko karena walaupun kelahiran negeri ini beliau banyak menghabiskan hayatnya di luar dan merantau ke kawasan afrika timur sebelum akhirnya wafat di Mesir. Dalam dunia thariqat, Syekh Al-Jazuli terbilang fenomenal dengan mempunyai 15 cabang thariqat, di antaranya thariqat Tijaniyah yang di tanah air juga banyak pengikutnya walaupun masuk Indonesia belakangan (abad ke-20 M).
Ulama’ Maroko lain yang banyak mewarnai perkembangan Islam di nusantara adalah Syekh As-Shanhaji (w. 723 H). Ulama’ yang berasal dari kota Fez ini mempunyai karya sangat monumental dalam bidang gramatikal bahasa arab (ilmu nahwu), yaitu kitab Ajrumiyyah. Menurut sejarah, kitab ini ditulis dalam perjalanan As-Shanhaji menuju Makkah al-Mukarramah. Sebelum sampai ke tanah suci, beliau sempat mampir di kairo Mesir untuk memperdalam ilmu nahwu dan berguru pada seorang pakar di bidang ilmu ini. Di tanah air, kitab ini sangat populer, khususnya di pondok pesantren. Bisa dikatakan bahwa hampir semua santri dan alumni pondok pesantren di tanah air memulai belajar kitab kuning dari kitab Aljurumiyah ini.
3.      Relasi Indonesia danMaroko
 Sebagai dua bangsa yang memiliki ikatan relogiositas yang telah terjalin lama, maka kedekatan hubungan antara Indonesia dengan Maroko masih sangat kentara hingga sekarang. Antara Maroko dan Indonesia telah terjalin relasi yang berbasis pada ikatan keagamaan yang sangat kental.
 Relasi antara masyarakat Maroko dan masyarakat Indonesia tidak hanya terbatas pada aspek religiositas saja, akan tetapi juga dalam aspek sosial politik. Hal itu tentu terkait dengan dukungan politik masyarakat Indonesia yang direpresentasikan oleh Presiden Soekarno pada saat kemerdekaan Maroko. Kala kerajaan Maroko mengajukan kemerdekaan kepada Pemerintah Perancis, maka Pemerintah Indonesia adalah negara pertama yang menjadi pendukungnya. Itulah sebabnya masyarakat Indonesia memiliki andil yang signifikan di dalam pengajuan kedaulatan Pemerintah Maroko.
 Itulah sebabnya di dalam kunjungan kenegaraan Presiden Soekarno ke Maroko pada tahun 1960 maka memperoleh sambutan yang luar biasa. Bahkan Presiden Soekarno diberikan kesempatan untuk memasang namanya sendiri sebagai nama jalan di kota Rabat. Rue Soekarno sebagaimana yang saya lihat adalah nama jalan yang sangat dikenal di kota Rabat, sebab berada di jantung kota Rabat.
 Selain itu juga ada nama jalan Jakarta dan Bandung. Nama jalan Jakarta diberikan sebagai pertanda persahabatan dua negara ini, sebagaimana persahabatan negara Maroko dengan negara lain. Di kompleks ini maka dikenal ada nama-nama ibukota negara yang dijadikan sebagai nama jalan, misalnya Paris, Moskow, Lisabon dan sebagainya. Juga didapati nama jalan Bandoeng. Diabadaikannya nama Bandung adalah sebagai penghargaan atas terselenggaranya konferensi Asia Afrika yang digelar di Bandung, yang melahirkan konsensus negara-negara non-Blok yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia. Negara yang tergabung di dalam gerakan non blok adalah negara yang tidak ikut blok barat yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan blok timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Gerakan non blok benar- benar menjadi penyeimbang bagi ketegangan antara timur dan barat di era pertarungan Amerika Serikat dan Uni Soviet di era perang dingin.
 Pencantuman nama negara atau kota sebagai nama jalan tentu bukan hanya pemberian semata, akan tetapi sesungguhnya memiliki makna yang signifikan. Pemberian nama itu bukan sekedar basa basi, akan tetapi sebenarnya merupakan gaya diplomatik yang smart. Itulah sebabnya pencantuman nama negara, nama kota dan bahkan nama pahlawan adalah sarana untuk berdiplomasi mengenai kedekatan dua negara. Itulah sebabnya di Jakarta juga didapati nama Casablanca sebagai nama jalan, nama Mall dan bahkan nama kondominium.
 Melalui pencantuman nama pahlawan atau kota dan tempat bersejarah pada suatu negara tentu memberikan makna yang sangat mendalam dalam relasi antar negara. Dan Indonesia dan Maroko telah membuktikannya.














KESIMPULAN

Dari pembahasaan kami di atas mengenai hubungan Islam Indonesia dengan Islam Maroko kami menyimpulkan bahwasannya Islam Indonesa dengan Islam Maroko mempunyai hubungan yang erat dimana para tokoh-tokoh penyebar islam di Indonesia merupakan sebagian ulama yang berasala dari Maroko. Yang mempunyai peran sangat penting dalam penyebaran islam di Indonesia. Yang mana salah satu ulama dari marok menjadi salah satu wali 9 yang menyebarkan Islam di Indonesia yaitu: syekh Maulana Magribi, dan masih banyak lagi para ulama yang berasal dari Maroko yaitu Syekh Al-Jazuli (w. 1465 M) yang sangat terkenal di tanah air dengan karyanya, dalailul khairat, Muhammad Ibn. Ajurrum As Sonhaji (w: 1324 M) pengarang Kitab Al Muqaddimah Al ajurrumiyah, dikenal dengan kitab Jurumiyah. Dengan demikian, secara spiritual sesungguhnya Maroko dan tentu juga ulama timur tengah lainnya merupakan guru spiritual masyarakat Indonesia yang tentu tidak diragukan. Dalam urusan spiritualitas, rasanya masyarakat Indonesia memiliki hutang budi pada masyarakat Maroko.












DAFTAR ISI
Yatim, Badri. 2001 Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hasymy, A.1993. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Jakarta: Bulan Binning


1 komentar:

  1. Worseshoe Casino - Home of the Slot Machine - World's #1
    Slot Machine Review 하하 포커 머니 상 Play the 벳매니아 slot 룰렛 배팅 machines of the world. You may remember this casino was built by 배당흐름 a software engineer who was in charge 블랙 잭 무기 of

    BalasHapus