Jumat, 10 April 2015

sejarah pemikiran pendidikan islam

PENDAHULUAN


Ilmu  merupakan pengetahuan yang mempnyai karakteristik tertentu. Pengetahuan dapat diartikan secara luas yang mencakup segenap apa yang kita tahu tentang suatu objek.
Akan tetapi dalam perkembangan pemikiran pendidikan islam dari zaman rasulullah sampai sekarang tentu mengalami perubahan yang selalu berubah, oleh kerena itu dalam makalah ini dipaparkan sejarah perkembangan pendidikan islam dari klasik sampai kontemporer.
  Pendidikan, pada dasarnya berkaitan dengan transformasi ilmu. Apalagi masalah pendidikan agama, yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama (ulumuddin) sangat penting di kalangan kaum muslimin. Manusia pertama yang memperoleh tranformasi ilmu langsung dari Allah ialah Nabi Adam As. Selanjutnya jaman terus berubah, pengetahuan pun berkembang dan manusia dengan potensi akalnya menemukan hal-hal yang baru, dan atau mengembangkan ilmu-ilmu yang ada sebelumnya. Dan di antara kaum muslimin yang banyak andil dalam pengembangan pemikiran Islam adalah Al Ghazali dan Ibnu Maskawaih.










PEMBAHASAN
SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pengertian  Pemikiran Pendidikan Islam
            Secara eimologi pemikiran berasal dari kata dasar “Pikir” yang berarti proses, cara, perbuatan memikir, yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan segala sesuatu secara bijak.
Secara terminology, menurut Mohammad Labib An-Najihi, pemikiran pendidikan Islam adalah aktivitas pemikiran yang teratur dengan menggunakan metode filsafat.
Melihat depenisi tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pemikiran Pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah pradigma pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan secara paripurna. [1]
B.     Tujuan  dan Kegunaan Mempelajari Pemikiran Pendidikan Islam
Secara khusus pemikiran pendidikan islam memiliki tujuan sangat komplek diantaranya adalah :
    1. Untuk membangun kebiasaan berpikir ilmiah, dinamis dan kritis terhadap persoalan-persoalan di seputar pendidikan islam.
    2. Untuk memberikan dasar berfikir inklusif terhadap ajaran islam dan akomodatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh intelektual diluar islam.
    3. Untuk menumbuhkan semangat berijtihad, sebagaimana yang ditujukan oleh Rosulullah dan para kaum intelektual muslim pada abad pertama sampai abad pertengahan, terutama dalam merekonstruksi sistem pendidikan islam yang lebih baik.
    4. Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan sistem pendidikan nasional.
                                                                                                                            
C.    Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam
1. Masa Rasulullah SAW
Dalam catatan sejarah, eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak Islam pertama kali diturunkan .Ketika Rasulullah mendapat perintah dari Allah untuk menyebarkan ajaran Islam, maka apa yang dilakukan, jelas masuk dalam kata gori pendidikan. Kepribadiannya merupakan wujudan ideal Islam tentang seorang guru dan pendidik.
Dalam Al-Qur’an, ayat yang pertama kali diturunkan Allah berhubungan langsung dengan pendidikan .Surah Al-Alaq jelas mengandung nilai filosofi yang menjadi dasarkegiatan pendidikan.Hal tersebut menunjukkan penekanan dan pandangan Al-Qur,an terhadap pentingnya ilmu pengetahuan .
Ketika di Mekah, proses pendidikan Islam dilakukan Nabi Muhammad dan para sahabat di Darul Arqam, sebagai pusat pendidikan dan dakwah.DiMadinah proses pendidikan dilakukan di Masjid, yang mana di dalam Masjid tersebut terdapat suffah yang berfungsi sebagai tempat pendidikan dan tempat tinggal bagi pendatang yang dating ke Madinah.[2]
Kebijakan lain yang dilakukan oleh Nabi dalam memajukan pendidikan Islam dalah melalui pemamfaatan para tawanan perang badar .Sejumlah tawanan yang dapat menulis dan membaca akan dilepaskan Rasul bila ia mengajari sepuluh anak-anak muslim menulis dan membaca.Pada era tersebut lembaga pendidikan yang adalah bernama kuttab.yang berfungsi sebagai tempat pengajaran pokok-pokok agama dan tulis baca.
2. Masa Para Sahabat
Setelah Rasul Wafat perkembangan ilmu pengetahuan pun terus berkembang,yang mana terus di kembangkan oleh para kahlifah dan sahabat lainnya.Namun para sahabat pada masa itu mengalami kesulitan, tapi berkat ajaran yang ditinggalkan oleh Rasul, para sahabat dapat melewati kesulitan tersebut, sehingga pada saat itu kehidupan dimasa rasul seakan-akan terulang kembali.Pemikiran pendidikan Islam masih tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadist Rasul sebagai sumber utama rujukan pendidikannya.Tidak ada pemikiran baru pada masa tersebut, kecuali hanya sedikit bercampur dengan filsafat yunani.Akan tetapi sangat terbatas dan pengaruhnya sangat sedikit, sebagian besar berkisar pada logika bukan filsafat dalam pengertian yang luas seperti masa-masa sesudah khulafaurrasidin
3. Masa Bani Umayyah
Pada masa Umayyah pemikiran pendidikan Islam memasuki babak baru, dimana kstabilan politik telah dirasakan oleh negri –negri Islam .Oleh karena itu, tidak heran jika perhatian orang-oarang Islam sudah mengarah pada masalah kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan peradaban- peradaban baru .Dalam waktu yang sama mereka memberikan perhatian besar pada ilmu bahasa, sastra, dan agama untuk memelihanya dari pikiran – pikiran luar. 
Pemikiran pendidikan Islam pada masa ini juga tersebar pada beberapa tulisan ahli Nahwu, sastra, hadist, dan tafsir.Pada masa ini para ahli tersebut mulai mencatat ilmu-ilmu bahasa, sastra dan agama untuk menjaga agar tidak diseludupkan pikiran-pikiran lain dan perubahan yang akan merusaknya .

5. Pada Masa Abbasyah
Sedangkan perkembangan pemikiran pendidikan Islam pada masa Abbasiyyah merupakan masa keterbukaan terhadap kebudayaan dan peradap peradapan asing seluas-luasnya.Sehingga bermunculan lah para pemikir-pemikir baru, seperti munculnya empat imam mazhab terkenal dibidang ilmu fiqih yakni Imam Abu Hanifah(80-150 H), Imam Malik (95-179 H), Imam Asy-Syafi’i(150-204 H) dan Imam Hanbali (164-241 H).Selain dari itu muncul pula pengumpul hadits yang sangat mashur yakni Imam AL-Bukhari (194-256 H).
Perkembangan tersebut dalam sejarah Islam dikenal nmasa “keemasan”, karena pada saat itu ilmu-ilmu akal sudah mulai masuk dan bermunculan, pembinaan sekolah –sekolah, dan timbulnya pemikiran pendidikan yang istimewa.Selain dari itu penerjemahan terhadap buku-buku filsafat yunani kedalam bahasa arab sangat gencar dilakukan, begitupun dengan buku-buku budaya lain, seperti Persia,India, sehingga dalam waktu 150 tahun hamper semua ilmu pengetahuan yang ada sudah dibukukan kedalam bahasa Arab.[3]

D.    Tokoh pemikir pendidikan islam
1.      Ibn Miskawaih (Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Ibn Miskawaih )
Lahir di rayy sekitar tahun 320 H./ 432 M. dan meninggal di isfaham pada tanggal 9 safar buwaihi yang berlatarbelakang mazhab syi’ah. Perhatiannya dalam menuntut ilmu sangat besar. Hal ini tercermin dari bidang ilmu pengetahuan yang ditekuninya. Dalam bidang sejarah umpamanya, ia belajar dengan Abu Bakar Ahmad ibn Kamil al-qadhi, filsafat dengan ibn al-khammar, dan kimia dengan Abu Thayyib.
Pemikirannya tentang pendidikan lebih berorientasi pada pentingnya pendidikan akhlak. hal ini tercermin dari karya monumentalnya, Tahzib al-akhlaq. melalui karya tersebut Miaskawih menyetakan bahwa tujuan endidikan adalah terwujudnya sikap batin yang secara spontan mampu mendorong lahirnya perilaku dalam memperoleh kerimah-perilaku yang demikian akan sangat membantu peserta didik dalam memperoleh kesempurnaan dan kebahagiaan yang sejati.
2.      Ibn Sina (Abu Ali al-Husaiyn ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Sina)[4]
Llahir pada tahun 370/ 980 di asyanah, Bukhara (dalam peta modern masuknya Turkistan) ia wafat oleh penyakit disentri pada tahun 428/ 1037 dan dimakamkan di Hamadan (sekarang dalam wilayah Iran). Hasil pemikiran dari Ibn Sina diantaranya :
a. Falsafah wujud
b. Falsafah Faidh
c. Falsafah Jiwa
3.      Ibn Khaldum (Waliuddin Abdurrahman bin Muhamad bin Muhammad bin Hasan bin Jobir bin Muhammad binIbrahin bin Abdurrahman bin Walid bin Usman)
Lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H/ 27 Mei 1332 M dan wafat di Kairo 25 Ramadhan 808 H/ 19 Maret 406 M.
Diantara stressing ruint pemikiran Khaldum adalah pada bidang pendidikan islam dalam melaksanakan pendidikan, maka menurut Khaldum paling tidak ada dua tujuan yang perlu disentuh yaitu jasmaniah dan rohaniah.
4.       Muhammad Abdus ibn hasan Khairuddin,
Lahir pada tahun 1265 H/ 1849 M. Pada sebuah desa dipropinsi Gharbuyyah-ia lahir dari lingkungan petani sederhana yang taat dan sangat mencintai ilmu pengetahuan.
Menurut Abduh metode yang kuno sudah tidak relevan lagi dengan perkembangan dewasa ini, sebab metode tersebut menurut tumbuhnya daya peserta didik dalam bukunya al- a’mal al-kamila Abduh menawarkan metode pendidikan yang lebih dinamis dan kondusif bagi pengembangan intelektual peserta didik. Metode yang di maksud adalah metode diskusi.[5]
5.      Ismail raji al faruqi,
Lahir di Sayfa (palestina) pada tanggal 1 Januari 1921. Ia meninggal pada tanggal 1986. latar belakang pendidikannya ditempuh pada pendidikan barat yaitu Colege Des Peres (1936). Kemudian pendidikan pasca sarjana mudanya ia rampungkan pada America University (1941). Kemuudian program magisternya pada Indian University dan harvard University dalam bidang filsafat. sedangkan gelar doktor ia peroleh pada indian university dalam bidang yang sama.
Menurut analisis al-faruq umat islam saat ini berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan lemah, baik secara moral, politik, dan ekonomi terutama komunitas intelektual dalam wacana keagamaan, umat islam terbelenggu oleh Khurafal, kondisi ini membuat umat islam taqlid yang berlebihan terutama dalam aspek syariat. Kondisi ini membuat umat islam berada dalam kondisi statis dan enggan melakukan kreativitas, ijtihad.

6.      Syed Muhammad Waquib al-attas
Lahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 5 September 1931. Paradigma pemikiran al-attas bila diaji secara historis merupakan sebuah pemikiran yang berasal dari dunia metafisika kemudian kedunia kosmologis dan mermuara pada dunia psikologis, perjalanan kehidupan dan pengalaman pendidikannya memberikan andil yang yang sangat besar dalam pembentukan paradigma pemikiran selanjutnya.

E.     Perkembangan Pemikiran Islam Di Indonesia
 Pemikiran pendidikan Islam di Indonesia dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu:  
1)      periode sebelum Indonesia merdeka ((1900-menjelang 1945)
Menurut Wirjosukarto (1985) pada periode tersebut terdapat dua corak pendidikan, yaitu
·         corak lama yang berpusat pada pesantren.
Ciri-ciri corak ini yaitu
(1) menyiapkan kiayi atau ulama’ yang hanya menguasai masalh agama semata;
(2) kurang diberikan pengetahuan untuk mengetahui perjuangan hidup sehari-hari dan pengetahuan umum sama sekali tidak diberikan;
(3) sikap isolasi yang disebabkan karena sikap non kooperasi secara total dari pihak pesantren terhadap apa saja yang berbau Barat, 

·         corak baru dari perguruan (sekolah-sekolah) yang didirikan oleh pemerintah Belanda.agama saja.
 ciriciri corak baru adalah:
(1) hanya menonjolkan intelek dan sekaligus hendak melahirkan golongan intelek;
(2) pada umumnya bersikap negatif terhadap agama Islam;
(3) alam pikiranya terasing dari kehidupan bangsanya.[6]

2)      periode Indonesia merdeka ((1945-sekarang).

Pada awal masa kemerdekaan, pemerintah dan bangsa Indonesia mewarisi sistem pendidikan dan pengajaran yang dualistis, yaitu:
  1. sistem pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah umum yang sekuler, tak mengenal ajaran agama, yang merupakan warisan dari pemerintah kolonial Belanda; dan
  2. sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat Islam sendiri, baik yang bercorak isolative-tradisional maupun yang bercorak sentetis dengan berbagai variasi pola pendidikanya sebagaimana uraian tersebut diatas.
Kedua sistem pendidikan tersebut sering dianggap saling bertentangan serta tumbuh dan berkembang secara terpisah satu sama lain. Sistem pendidikan dan pengajaran yang pertama pada mulanya hanya menjangkau dan dinikmati oleh sebagian kalangan masyarakat, terutama kalangan atas saja. Sedangkan yang ke dua sistem pendidikan dan pengajaran Islam tumbuh dan berkembang secara mandiri di kalangan rakyat dan berurat berakar dalam masyarakat. Hal ini diakui oleh Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) dalam usul rekomendasinya yang disampaikan kepada pemerintah, tentang Rencana Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran Baru, pada tanggal 29 Desember 1945.
3)      Tokoh yang berperan di dalam pengembangan pemikiran pendidikan Islam di Indonesia, diantaranya:
1.   Zainuddin Labay El-Yunusi
2.   KH. Ahmad Dahlan
3.  KH. Hasyim Asy’ari[7]














KESIMPULAN

Pemikiran Pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah pradigma pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan secara paripurna.
Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam disini dibahas yaitu: Masa Rasulullah SAW, Masa Para Sahabat, Masa Bani Umayyah, dan Masa Abbasyah.
Tokoh pemikir pendidikan islam, Ibn Miskawaih (Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’kub Ibn Miskawaih ), Ibn Sina (Abu Ali al-Husaiyn ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn Sina), Ibn Khaldum (Waliuddin Abdurrahman bin Muhamad bin Muhammad bin Hasan bin Jobir bin Muhammad binIbrahin bin Abdurrahman bin Walid bin Usman), Muhammad Abdus ibn hasan Khairuddin, Ismail raji al faruqi, dan Syed Muhammad Waquib al-attas.
Pemikiran pendidikan Islam di Indonesia dikelompokkan menjadi dua periode, yaitu: periode sebelum Indonesia merdeka, dan periode Indonesia merdeka.
Corak-corak pemikiran pendidikan Islam sebelum Indonesia merdeka  meliputi: Corak lama, Corak baru. Tokoh yang berperan di dalam pengembangan pemikiran pendidikan Islam di Indonesia, diantaranya: Zainuddin Labay El-Yunusi, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asy’ari






DAFTAR PUSTAKA

Nasution,Harun. 1996. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : Universitas Indonesia.
Nata, Abuddin .2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Pranada Media Group
Hasan Langgulung. 1992.  Asas-asas Pendidikan Islam,( Jakarta:Pustaka Al-Husna)
Susanto, A, 2009, Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah.


                                                                






[1] Hasan Langgulung. 1992.  Asas-asas Pendidikan Islam,( Jakarta:Pustaka Al-Husna).hal 120
[2]. Abuddin Nata.2011. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta: Pranada Media Group) hal. 71- 142

[3]. Ibid.,hal. 147-151
[4].  Harun Nasution. 1996.  Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta :Universitas Indonesia), hal.50
[5]. Ibid., hal. 52-53
[6]. Susanto, A, 2009, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah) hal. 20-26
[7]. Ibid., hal. 27-30

muslim minoritas (muslim moro dan fatani)

PENDAHULUAN

Islam di Asia Tenggara memiliki sejarah panjang dan tersendiri. Beberapa negara utama di kawasan ini, seperti Malaysia, Indonesia, dan Brunai Darussalam adalah negara-negara dengan mayoritas muslim. Bahakan jumlah penduduk muslim yang ada di Asia Tenggara melebihi jumlah penduduk yang ada di kawasan Timur Tengah. Namun demikian Asia Tenggara masih menyisakan beberapa kelompok Islam sebagai minoritas.
Minoritas muslim di Asia Tenggara juga tampak beragam meskipun terdapat setidaknya dua hal yang bisa membantu menjelaskan masyarakat Islam Minoritas itu. Salah satunya masyarakat muslim penghuni asal yang mendapati diri mereka menjadi minoritas karena perubahan dan perkembanagn geografis dan politik. Kasus paling nyata dalam hal ini terjadi pada kaum muslim Pattani di Thailand pada perempat terakhir abad ke-18.
Sering terjadi perbenturan antar Islam dan kelompok lain di daerah non-Islam. Konflik seperti inilah yang mengindikan banyaknya permaslahan yang komplek yang dihadapi minoritas Islam di Asia Tenggara. Ditambah lagi dengan kesenjangan di berbagai bidang seperti pendidikan dan ekonomi membuat semangat kemerdekaan diri tidak mudah hilang.
Namun, dari semuanya itu perkembangan minoritas Islam di kawasan Asia Tenggara memberikan harapan dan tantangan baru bagi munculnya corak dan ragam Islam yang lebih mudah menerima konsekuensi pluralisme agama dan budaya, serta mampu menunjukkan daya saingnya di tengah-tengah kecenderungan kompetisi global di hampir segala bidang.






PEMBAHASAN
Beberapa permasalahan Islam minoritas diantaranya dapat ditemui di daerah Pattani (Thailand), dan Moro (Philipina).
A. Muslim Pattani (Thailand)
1.      Sejarah Awal Islam di Pattani (Thailand)
 (Teluban), Yala (Jalor) dan sebagian Senggora (Songkla, sebayor dan Tibor). Islam diperkirakan masuk ke kawasan Pattani, Thailand selatan pada abad X atau XI lewat jalur perdagangan. Penyebaran Islam dilakukan para guru sufi pengembara dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India. Bukti yang menguatkan pendapat ini adalah ditemukannya sebuah batu nisan yang bertuliskan arab di dekat kampung Kampung Teluk Cik Munah, Pekan pahang yang bertarikh 1028 M. orang-orang Siam (Thai) mengenal orang-orang ini dengan sebutan Khei atau Khaek yang secara bahasa berarti pendatang atau orang yang datang menumpang.[1]
Pada masa jayanya di daerah ini terdapat kerajaan Islam Melayu yang yang maju dan menjadi salah satu pusat perdagangan Asia Tenggara. Kerajaan ini dikenal dengan Negeri Pattani besar mencakup berbagai wilayah seperti kawasan pesisir timur Semenanjung Malaka, Teluk Siam, dan kawasan laut China Selatan seperti narathiwat
2.      Pergulatan Politik Minoritas Muslim Pattani
Semuanya berawal dari akhir pemerintahan raja kuning (1635-1688), patani menuju zaman kemerosotan hal itu disebabkan oleh konflik perebutan kekuasaanantara sesaman pewaris kerajaan. Intensitas perang saudara yang kerap terjadi menyebabkan situasi keamanan tidak terjamin sehingga patani tidak lagi menjadi tumpuan para pedagang hal ini berlanjut sampai pada abad XVIII.
Pada tahun 1785 phraya, raja siam menyerang dan menundukkan patani. Dalam peperangan ini sultan Muhammad penguasa patani waktu itu beserta ribuan rakyatnya telah syahid dan lainya ditawan dibangkok. Kemudian Tengku Labidin, raja bendang badan dilantik oleh siam sebagai raja patani yang baru . akan tetapi paa 1791 tengku lamidin dibantu oleh raja annam yang beragama islam ,Okpaya Cho So, dan syekh Abdul Kamal berbalik melawan siam. Namun pemberontakan ini gagal. Kemudian pihak siam melantik datok zangkalan sebagai raja patani baru .namun ternyata datuk pangkalan juga berbalik melawan siam pada 1808 meskipun pemberontakan ini juga gagal.
Untuk mengatasi kemungkinan pemebrontakan daerah patani kerajaan siam membagi patani menjadi tujuh buah negeri atau hua muang.
Pada tahun 1821 siam menyerang kedah dan memaksa sultan Abdullah melarikan diri ke pulau penang. Sejak itu kedah berada dibawah pengaruh siam. Kekuasaan siam atas negeri2 melayu ini telah diakui oleh inggris sebagaimana
Penguasaan Pattani oleh Thailand terjadi pada tahun 1785, secara berturut-turut pemerintah Thai memberlakukan beberapa kebijakan politik. Diantaranya adalah kebijakan politik devide et impera (1816-1902), kebijakan integrasi dan pembangunan nasional (1902-1940), kebijakan asimilasi kebudayaan dan transmigrasi (1940-1980), dan kebijakan Tai Rum Jen serta Kuam Wang Mai atau lebih dikenal dengan Aspirasi baru yang diberlakukan sejak tahun 1980 hingga sekarang.
Sedangkan proses lenyapnya kekuasaan kerajaan Pattani dan masuknya ke dalam kekuasaan Thailand (Siam) disebut dengan Thesaphiban. Proses ini terjadi pada tahun 1902 M dan diikuti dengan proses pembauran (Siamisasi). Raja kehilangan kewibawaan dalam bidang politik dan ekonomi. Sementara itu, peranan ulama, semakin kecil karena adanya pembatasan pelaksanaan syariat. Peristiwa ini merugikan kaum muslim dan sebagai akibatnya terjadi pemberontakan lokal terhadap Bangkok yang dipimpin para ulama pada tahun 1910 dan 1911.
  1. Perang Dunia II dan masalah patani
perang yang melanda asia tenggara telah mendatangkan banyak perubahan pada rakyat dikawasan itu.[2] Perbatasan yang sudah ada diubah, kekuatan-kekuatan sosial dan ekonomi disusun kembali, dan zaman penjajahan sedang diakhiri berkat gejolak nasionalisme yang melanda kawasan itu. pibul songkram memihak japang dalam 1941dan mengumumkan perang terhadap sekutu barat. Pesekutuan thai-jepang itu menghasilkan keuntungan bagi pemerintah Bangkok (siam),  daerah yang dicaplok dengan kekerasan oleh perancis dibagian timur laut dan inggris dibagian selatan dikembalikan kepada muangthai oleh tentara je[ang yang menduduki daerah-daerah itu. Keempat kesultanan yang tadinya tuntuk pada pemerintah Bangkok yang diserahkan kepada inggris berdasarkan kepada inggris berdasarkan perjanjian inggris-thai tahun 1909 ditempatkan kembali dibawah kekuasaan Thailand.hal ini sangat cocok dengan keinginan pemerintah Bangkok yang ultra –nasionalis.
            Pada masa Pibul Songkram,dilancarkan program Rathaniyom suatu program yang didasarkan pada ultra-nasianalisme siam. Program ini tujuanya adalah membentuk Negara siam sejati berdasarkan satu agama bangsa,bahasa, dan kebudayaan siam. Seluruh program ini dituangkan dalam tujuh dekrit. Pada masa ini jugala ditukar istila siam menjadi Thailand. Bagi masyarakat melayu patani program rataniyom 1939 adalah malapetaka besar,karena tidak lagi dibenarkan menggunakan nama melayu bahkan mempelajari agama islam.
Puncaknya  pada 1944 jawatan kadhi dihapuskan dan masalah berkaitan dengan perkawinan ddan harta pusaka diuruskan berdasarkan undang-undang sipil, bukan syariat. Menyadari bahwa program rataniyom akhirnya akan melenyapkan indentitas dan budaya melayu patani,bahkan budaya islam maka haji Sulung bin Abdul Kadir mendirikan lembaga he’et al-Napadh alLahkanal shariat (badan untuk mempertahankan undang-undang syari’at) dengan tujuan mempertahankan eksistensi hukum syariat di Patani.[3]
Haji Sulong,juga mendirikan gerakan rakyat patani (GRP) pada 3 april 1947. Haji sulong ini juga menyampaikan resolusi 7 pasal tetapi usul ini ditolak oleh pemerintah thai. Bahkan haji sulong dan anak laki-lakinya beserta empat pengikutnya ditangkap dan diperkirakan dibunuh oleh pemerintah thai.
  1. Upaya dan Perjuangan Umat Patani Dalam memperjuangkan identitas
Seperti sudah digambarkan sebelumnya, islam di Patani berbeda dengan islam di Bangkok dan chiang mai. Karena masyarakat islam Patani adalah penduduk asli Patani telah memeluk islam sejak sangat lama. Kondisi spesipik itu diperkuat lagi ileh hubungan kekerabatan tradisional dengan umat islam di berbagai Negara bagian malaysia utara.
Upaya- upaya dan perjuangan umat patani dalam memperjuangkan indentitas mereka diantaranya :
  1. Lahirnya  Gerakan Rakyat Patani (GRP) yang didirikan oleh haji Sulong pada april 1947.
  2. Mengadakan Musyawarah Perhumpunan Rakyat Patani di Kelantan  pada pebruari 1948.
  3. Lahirnya organisasi Gabungan Melayu Patani Raya ( GEMPAR)
  4. Adanya Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani (BRN-Kongres) pada tahun 1970.
  5. Mendirikan Patani United Liberation (PULO) pada tahun 1968
  6. Mendirikan Gerakan Mujahidin Patani ( GMP) pada tahun 1989
5.      Kehidupan Masyarakat
Pemerintah Thailand seringkali menyebut orang Muslim pattani sebagai Islam Thai sebuah istilah yang sebenarnya kurang tepat karena mereka lebih dekat dengan etnis dan budaya melayu daripada Thailand. Mereka adalah kelompok etnik yang terpisah dari induknya dunia melayu muslim Asia Tenggara.[4] Sampai akhir abad XIX, kehidupan ekonomi Pattani bergantung kegiatan ekonomi subsisten, seperti pertanian padi, penagkapan ikan, pertambangan, dan perdagangan eceran.
Struktur sosial di Pattani menunjukkan kedudukan sosial, ekonomi, dan politik muslim Pattani berada pada tingkat bawah. Sejak perang Pasifik, bidang politik hampir seluruhnya berada dalam dominasi kelompok etnis Thai. Sementara dalam bidang ekonomi dalam skala besar merupakan lahan bagi etnis Cina. Jenis pekerjaan yang masih mungkin adalah ekonomi tradisional yang bersifat subsisten. Tidaklah mengherankan apabila sebgian masyarakat terutama generasi muda yang lebi tertari untuk migrasi ke kota-kota besar seperti Bangkok bahkan sampai Malaysia dan Singapura.
6.      Perkembangan Keagamaan
Perkembangan Islam di pattani dapat dikatakan sebanding dengan perkembangan Islam di Nusantara. Pada zaman kerajaan dan kesultanan di Pattani, Islam menjadi simbol dan paradigma dalam sistem pemerinahannya. Adapun di daerah lain seperti bangkok dan daerah utara pengaruh Islam lebih terbatas pada pribadi.
Sekarang ini, kebebasan memeluk agama dan mengamalkannya dijamin pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan terbitnya Undang-undang Kelembagaan Negara Thailand tahun 1997 akta nomor 38. hal ini tentu saja memberikan kesempatan bagi muslim untuk menjalankan syariatnya. Mereka bisa melakukan pernikahan dan melaksanakan hukum waris sesuai kaidah hukum Islam yang berlaku.

B. Muslim Moro (Filipina)
1.      Sejarah Awal Islam Moro
Muslim Moro berada di negara Filipina. Negara Filipina adalah negera kepulauan yang terdiri dari 7.109 pulau tropis dengan luas total wilayah 29.629.000 hektare dan terdiri atas beragam etnis, bahasa dan agama. Meskipun demikian negara ini mayoritas penduduknya beragama katolik. Menurut sensusu tahun 1990 junlah kelompok muslim adalah 5 % dari keseluruhan penduduk Filipina yakni sekitar 2,8 juta jiwa dari populasi 65 juta penduduk. Sementara sumber lain menyebutkan jumlahnya 7 juta orang atau 10 % penduduk. Mereka Merupakan komunitas agama kedua terbesar di Filipina.[5]
Jumlah ini cukup menjadikan mereka minoritas baik dari segi budaya maupun politik. Mereka bertempat tinggal di kawasan Filipina Selatan, khususnya di Pulau Mindanao dan Kepulauan Sulu. Umat Islam di sana sering disebut sebagai bangsa Moro. Menurut catatan sejarahnya, istilah Moro merujuk kepada Moor, Moriscor atau Muslim. Kata Moor berasal dari kata latin Mauri sebuah istilah yang sering kali digunakan orang-orang Romawi Kuno untuk menyebutkan penduduk wilayah Aljazair barat dan maroko. Ketika bangasa Spanyol tiba di wilayah di wilayah Filipina dan menemukan sebuah bangsa yang memiliki agama dan adat istiadat seperti orang-orang Moor di Spanyol, maka mereka mulai menyebut orang-orang tersebut dengan istilah Moro.
Islam masuk ke Filipina selatan tidak lama setelah Islam berkembang di dunia Melayu. Islam sudah berkembang di beberapa kepulauan, khususnya Sulu di perempat terakhir bad ke-13.
ini beratri kedatangan Islam ke sana jauh lebih awal dibandingkan kedatangan bangsa kolonial, khususnya Spanyol.
Sumber dari kedatangan Islam bisa ditelusuri lewat Tarsila. Walaupun banyak mengandung mitos tapi tarsila cukup kronologis untuk menjelaskan asal mula dan perkembanagn awal Islam Moro.islam berkembang melalui jalan perdagangan dan disebarkan melalui para dai yang di kawasan Filipina Selatan dikenal dengan sebutan Masya'lik, Makdumin dan Auliya. Pada abad ke-14 terjadi proses Islamisasi dalam bidang pendidikan dan abad ke-15 terjadi pengaruh politik dari para pedagang Melayu.
Kedatangan bangsa Spanyol pada tahun 1565 ke Filipina untuk mendirikan koloni dengan segala nuansa kristennya sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial dan budaya Filipina secara langsung maupun tidak langsung. Proses islamisasi terhambat penyebaran Islam hanya sampai di Sulu dan Mindanao.[6]
2.       Masalah Umat Islam Dan Pemerintahan Filipina

Pada tahun 1564, datu rombongan kerajaan sepanyo dibawah pimpinan Miguel Lopez de Legazpi, bersama 6 orang missionaries Kristen tiba di cebu pada penghujung tahun itu. Pada 1517 pasukan legazpi menaklukkan manila yang ketika itu merupakan salah satu kerajaan islam. Mulai saat itu, maka penjarahan dan penjajahan terhadap Filipina oleh spanyol berlangsung sampai datangnya tentara jepang dan kemudian Amerika Serikat, selama lebih kurang 300 tahun.
Spanyol melancarkan serangan terhadap umat Islam filifina yang mereka sebut dengan moro dengan pertimbangan persaingan dan pertentangan agama dan politik. Namun, tidak seluru muslim Filipina dapat dapat dikristenkan khususnya umat sulu,mindanau dasn sekitarnya. Mereka tidak saja menolak untuk dikristenkan tetapi memberikan perlawanan yang tidak kenal menyerah. Akibatnya terjadila peperangan yang abadi antara colonial spanyol-kemudian Kolonial amerika Serikat dan penguasa Filipina merdeka.
Wilayah Mindanao dan Sulu di Selatan Filipina tidak pernah bisa ditundukkan oleh pasukan Spanyol. Namun demikian, Spanyol tetap menganggapnya sebagai bagian dari koloninya. Hal ini terbukti dengan ditanda tanganinya Traktat Paris pada tahun 1898 yang mengalihkan hak penguasaan wilayah Filipina termasuk daerah Selatan kepada Amerika Serikat dengan harga 20 juta dolar AS. Sejak itu Amerika mengambil alih kekuasaan di Filipina. Kemerdekaan Filipina baru terjadi tahun 1946. namun kemerdekaaan itu tidak berpengaruh banyak bagi status politik dan kesejahteraan bangsa Moro.setelah merdeka otomatis pemerintahan dikendalikan oleh orang-orang katolik di Filipina Utara.[7]
Perbenturan yang terjadi antara kelompok Islam dan kekuatan Barat dan juga pemerintahan Filipina seringkali menumbuhkan kesadaran di kalangan muslim Filipina akan pentingnya merepresentasikan nilai-nilai dan simbol umat Islam, seperti yang pernah mereka miliki lewat kesultanan Islam di Filipina Selatan.
  1. Upaya dan Perjuangan muslim Filipina
Penindasan terhadap kaum muslim Moro menyebabkan munculnya gerakan perjuangan bangsa Moro seperti :
a.       Muslim Independen Movement (MIM) yang didirikan oleh Udtog Matalam, pada tahun 1968
b.      Moro Liberation Front (MLF) pada tahun 1971.
c.        kelompok nasionali sekuler pimpinan Nur Misuari yang mendirikan Moro National Liberation Front (MILF)
d.      kelompok Moro Islamic Liberation front (MILF) yang dipimpin oleh Hashim Salamat.
Dalam perjalanannya MNLF pun pecah lagi menjadi kelompok MNLF Reformasi di bawah pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Abdurrahman Janjalani (1993).secara umum kebangkitan Islam di Filipina berkembang dalam dua paradigma: pertama, pradigma radikal yang dikembangkan oleh para aktivis MNLF, yang semula merupakan kelompok minoritas di kalangan umat Islam. MNLF pernah mengeluarkan manifesto yang menyerukan kemerdekaan bangsa Moro.
Kedua, pandangan moderat yang menginginkan adanya berbagai perubahan sosial dalam konteks lebih luas. Sikap politik bangsa Filipina dalam menghadapi tuntutan bangsa Moro sangat jelas. Mereka tidak mungkin akan membiarkan orang-orang Islam memisahkan dan memerdekakan diri. Meskipun akhirnya dalam perkembanagn terakhir politik nasional Filipina orang-orang Moro diberikan otonomi, hal ini tidak menghilangkan potensi konflik yang bisa muncul kembali.
Pada tanggal 16 Agustus 1996, wakil-wakil dari MNLF dan pemerintah Filipina sepakat bertemu dan merundingkan rencana perdamaian di Istana Merdeka, jakarta. Selanjutnya tanggal 2 September 1996, naskah perjanjian perdamaian ditandatangani oleh Nur misuari (Ketua MNLF) dan Fidel Ramos (Presiden Filipina) di Manila.
4.      Perkembanagan ekonomi, sosial dan budaya
Masyarakat muslim terkonsentrasi di wilayah otonom Filipina Selatan. Mereka ada di kepulauan Mindanao, daerah ujung selatan Palawan, dan gugusan kepulauan Sulu. Secara etnis dan bahasa mereka setidaknya terdiri dari tiga belas kelompok bahasa. Mereka berkedudukan di 13 propinsi yang berada di empat wilayah perundang-undangan yang berbeda.
Dari segi etnis, tiga suku diantaranya yakni, suku maranao, tausug dan Manguindanao merupakan kelompok etnis muslim terbesar di kawasan ini memiliki penduduk muslim sekitar 75 % dari jumlah total penduduk muslim di Filipina.
Dilihat dari jenis, setidaknya sampai 1970-an, masyarakat muslim Filipina tidak banyak yang berbeda dari warga lainnya. Mayoritas dari mereka menekuni bidang pertanian, perikanan, dan ekonomi yang berbasis pada hutan. Kaum muslim Manguindanau banyak ayang bertani sawah, sedangkan masyarakat maranau dikenal sebagai pengrajin kuningan dan tenunan, selain bertanam padi dan jagung di pegunungan. Sebagian mereka juga dikenal sebagai pedagang yang terkenal sampai ke pelosok-pelosok Filipina.[8]
Orang Tausug yang tinggal di pesisir umumnya bekerja sebagai nelayan, hampir sama dengan sebagian masyarakat Iranun, kalagan, dan Samal pesisir.fenomena yang agak berbeda terdapat pada orang-orang tagalog Islam yang karena mengalami proses urbanisasi besar-besaran, telah beralih menjadi pekerja profesional baik di kantor maupun pabrik di daerah perkotaan.




5.      Perkembangan keagamaan
Ketika konflik ketegangan antara kelompok Islam di Filipina secara keseluruhan. Mereda, terjadi perkembanagan yang menarikdalam Islam di Filipina. Mislanya, kantor Urusan Agama Islam (OCIA) dianggap sebagai simbol perhatian pemerintah Filipina terhadap maslah umat Islam. Pada tahun 1973, pemerintah mendirikan Institute of Asian and Islamic Studies di Mindanao State University. Kemudian, nama lembaga kajian ini diubah menjadi King Faisal Center for Islamic and Arabic Studies.
Respons yang positif dari pemerintah Filipina juga diberikan pada bidang-bidang lainnya. Pada 1973, pemerintah mendirikan Philipine Amanah bank, sebuah bank komersial yang bermarkas di manila untuk mengembangkan berbagai aspek perekonomian masyarakat Islam seperti pertanian, pabrik, pertambangan, transfortasi dan industri.[9]
Penindasan terhadap kaum muslim Moro menyebabkan munculnya gerakan perjuangan bangsa Moro seperti :Muslim Independen Movement (MIM), Moro Liberation Front (MLF), mendirikan Moro National Liberation Front (MILF), kelompok Moro Islamic Liberation front (MILF)









KESIMPULAN

Beberapa permasalahan Islam minoritas diantaranya dapat ditemui di daerah Pattani (Thailand), dan Moro (Philipina). Islam diperkirakan masuk ke kawasan Pattani, Thailand selatan pada abad X atau XI lewat jalur perdagangan. Penyebaran Islam dilakukan para guru sufi pengembara dan pedagang yang berasal dari wilayah Arab dan pesisir India.
Puncaknya  pada 1944 jawatan kadhi dihapuskan dan masalah berkaitan dengan perkawinan ddan harta pusaka diuruskan berdasarkan undang-undang sipil, bukan syariat. Menyadari bahwa program rataniyom akhirnya akan melenyapkan indentitas dan budaya melayu patani,bahkan budaya islam maka haji sulung bin abdul kadir mendirikan lembaga he’et al-Napadh alLahkanal shariat (badan untuk mempertahankan undang-undang syari’at) dengan tujuan mempertahankan eksistensi hukum syariat di patani.
Upaya- upaya dan perjuangan umat patani dalam memperjuangkan indentitas mereka diantaranya :Lahirnya  Gerakan Rakyat Patani (GRP),Mengadakan Musyawarah Perhumpunan Rakyat Patani di Kelantan ,Lahirnya organisasi Gabungan Melayu Patani Raya ( GEMPAR), Adanya Barisan Revolusi Nasional Melayu Patani (BRN-Kongres), Mendirikan Patani United Liberation (PULO),dan Mendirikan Gerakan Mujahidin Patani ( GMP) pada tahun 1989.
Islam masuk ke Filipina selatan tidak lama setelah Islam berkembang di dunia Melayu. Islam sudah berkembang di beberapa kepulauan, khususnya Sulu di perempat terakhir bad ke-13. ini beratri kedatangan Islam ke sana jauh lebih awal dibandingkan kedatangan bangsa kolonial, khususnya Spanyol.
Wilayah Mindanao dan Sulu di Selatan Filipina tidak pernah bisa ditundukkan oleh pasukan Spanyol. Namun demikian, Spanyol tetap menganggapnya sebagai bagian dari koloninya. Hal ini terbukti dengan ditanda tanganinya Traktat Paris pada tahun 1898 yang mengalihkan hak penguasaan wilayah Filipina termasuk daerah Selatan kepada Amerika Serikat dengan harga 20 juta dolar AS. Sejak itu Amerika mengambil alih kekuasaan di Filipina. Kemerdekaan Filipina baru terjadi tahun 1946. namun kemerdekaaan itu tidak berpengaruh banyak bagi status politik dan kesejahteraan bangsa Moro.setelah merdeka otomatis pemerintahan dikendalikan oleh orang-orang katolik di Filipina Utara.
DAFTAR PUSTAKA
    
  • Ensiklopedi Tematis Dunia Islam. 2002. Jilid 5 Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
  • Pitsuwan, Surin.1989. Islam di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patan. Jakarta: LP3ES, 1989
  • Majul, Cesar A.. 1989. Dinamika Islam Filipina.  Jakarta: LP3ES, 1989
·         Surin Pitsuwan. 1989.  Islam Di Muangthai. Jakarta; LP3ES, 1989
·         Saifullah. 2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. yogyakarta; Pustaka Pelajat.









[1]. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Islam di Asia Tenggara, Jilid 5 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hlm. 457.

[2].  Surin Pitsuwan. Islam Di Muangthai, (Jakarta; LP3ES, 1989), hal 73
[3]. Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (yogyakarta; Pustaka Pelajat, 2010)hal. 92-93
[4]. Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai Nasionalisme Melayu Masyarakat Patan, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 3.
[5]. Cesar A. Majul, Dinamika Islam Filipina, ( Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 2.
                [6]. Ibid ., hal. 3-4
[7]. Ibid Saifullah., hal. 126
[8]. Ibid Surin Fitsuwan., hal. 4-5
[9]. Ibid inseklopedi., hal. 458