Rabu, 08 Mei 2013

pendidikan islam masa kolonial

PENDAHULUAN
Kehadiran belanda di Indonesia tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia, tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Segala aktivitas umat islam yang berkaitan dengan keagamaan ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang membatasi gerak pengamalan agama islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara terbuka dilarang, ibadah haji dibatasi dan setiap jama’ah haji yang pulang ke indonesia diawasi dengan ketat untuk mengantisipasi pengaruh muslim yang telah haji yang dapat membangkitkan semangat perlawanan pemerintah Belanda
Sebelum Jepang datang ke Indonesia, Jepang telah mengetahui bahwa ummat Islam tidak suka terhadap bangsa Belanda. Oleh karena itu ia menjadi sekutu Jepang. Sikap inilah yang membawa perubahan besar bagi kemajuan lembaga pendidikan  Islam  dan materi-materi keagamaan dilembaga-lembaga pendidikan umum.bahkan Jepang menaruh perhatian terhadap perkembangan ajaran dan organisasi masa Islam di Indonesia. Jepang dalam bekerja sama dengan umat Islam khususnya dan pemerintah Indonesia umumnya






PEMBAHASAN
PENDIDIKAN ISLAM MASA KOLONIAL

A.PENDIDIKAN ISLAM MASA PENJAJAHAN BELANDA
Keadaan  Pendidikan Islam Masa Pemerintah Belanda
1.      Pendidikan Islam di Aceh
Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda adalah: Belajar huruf Hijaiyah (alfabet Arab),  Juz ‘Amma (disebut Al-Qur’an kecil) dan Mengaji Al-Qur’an (disebut AL-Qur’an besar).

Setelah hal-hal yang berkaitan dengan pembacaan atau cara mengaji Al-Qur’an selesai, maka dilanjutkan kepada kitab-kitab bahasa Melayu, seperti:Masail Al-Muhtadi,Bidayah,  Miftahul Jannah

Berakhirnya masa pembacaan kitab-kitab Melayu merupakan babak baru bagi santri untuk segera mempelajari kitab-kitab berbahasa Arab seperti:  Dammun,  Jurmiyah, Tafsir Jalalain

2.      Pendidikan Islam di Jawa Barat
Madrasah pertama di Jawa Barat didirikan di daerah Majalengka oleh perserikatan Umat Islam pada tahun 1917. Kemudian disusul oleh madrasah Muallimin pada tahun 1923. Pada tahun 1936 diubah menjadi S.G.I Darul Ulum yang terdiri atas 5 kelas.
Pondok pesantren yang cukup berpengaruh pada masa penjajahan Belanda di Jawa Barat ialah pondok pesantren Gunung Puyuh di Sukabumi. Pendirianya Kiyai H. Sanusi yang juga bertindak sebagai pencetus dan pendiri AII (Al- Ittihadiyahtul-Islamiyah) yang bertindak sebagai pusat seluruh pesantren yang ada di Jawa Barat.
Di samping itu, pondok pesatren Persatuan Islam (Persis) yang didirikan pada tahun 1936 oleh A. Hasan di Bandung juga mempunyai andil besar dalam mempelopori pendidikan Islam di Jawa Barat. Pondok ini memiliki tujuan untuk menghasilkan para mubaligh yang sanggup menyiarkan, mengajar, membela dan mempertahankan Islam.

3.      Pendidikan Islam di Kalimantan pada masa Belanda
Madrasah yang tertua dan memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda adalah madrasah Najah Wal Falah di Seu Bakau Besar Mempawah. Didirikan pada tahun 1918 Masehi. Pergurusn Islam Assulthaniyah di Sambas pada tahun 1922 Masehi. Tidak lama kemudian madraasah tersebut berganti nama menjadi Tarbiyatul Islam. Lama pelajarannya lima tahun dan ada penambahan khusus satu tahun untuk mata pelajaran agama.
Mata pelajaran agama yang dipelajari berupa:Nahwu, Bahasa Arab, Fiqih, Sharaf,  Hadis, Tarikh, Al-Qur’an dan terjemahannya

 Sikap Kolonial Belanda terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia
            Sikap kolonial belanda tehadap pendidikan islam diindonesia sangat diskriminatif dalam  berbagai bidang seperti berikut :
1.diskriminasi sosial
            Didirikannya sekolah yang membedakan antara sekolah yang diperuntuhkan khusus untuk kaum bangsawan dengan dengan sekolah yang khusus untuk rakyat biasa.
2.diskriminasi ras
            Diskriminasi ras pada masa ini terlihat jelas pada klasifikasi sekolahdiindonesia.pada tingkat dasar pemerintah membuka sekola-sekolah yang dibedakan menurut ras dan keturunan.
3.diskriminasi anggaran
            Terlihat pada pemberian anggaran yang lebih besar kepada sekolah untuk anak-anak eropa,padahal jumlah siswa pada sekolah bumi putra jauh lebih banyak.
4.diskriminasi kepemelukan agama
            Kebijakan pemerintah belanda yang mengonsentrasikan diwilayah dimana terdapat sejumlah besar penduduk yang beragama Kristen,seperti batak manado an Kalimantan.
            Pada masa colonial belanda ini pesantren yang menjadi basis agama masyarakat muslim tidak mendapatkan perhatian sama sekali,bahkan cendrung dimusuhi. Dalam hal ini belanda tampak memiliki keberpihakan kepada agama Kristen,walaupun dalam berbagai dokumen dinyatakan bahwa dalam hal agama bersifat netral namun dalam praktiknya ia lebih berpihak kepada agama Kristen.
 Reaksi  Umat Islam Terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda
            Kesadaran bahwa pemerintah colonial merupakan pemerintah kafir yang menjajah agama dan bangsa mereka semakin dalam tertanam dalam dibenak para santri.
1.      Kaum tradisionalis (pesantren)
Pesantren (kaum tradisionalis) yang pada waktu itu merupakan pusat pendidikan islam mengambil sikap anti-belanda.karena demikian benci dan anti terhadap belanda,maka uang yang diterima sebagai gaji dari pemerintah belanda dianggap sebagai unag haram.mereka menganggap apapu yang ada hubungannya dengan belanda adalah haram.
Berpegang dengan Alqur’an dan hadist yang berisi perintah memerangi orang kafir, dan tidak boleh mengambil pemimpin dari orang kafir maka para santri ini pada akhirnya bersedia memanggul senjata,berperang melawan mengusir kaum penjajah.
Selain itu mereka juga mengambil jarak dengan pemerintah belanda dengan membangun pesantren didaerah pedesaan juga dengan membangun system pendidikan pendidikan tradisional.

2.      Masyarakat Diluar Pesantren ( Kelompok moderenis)
Ada dua jenis kelompok moderenis pada saat pemerintahan belanda yaitu
Pertama, Kaum moderenis ini tidak antipati atau menolak tetapi juga tidak terlalu dekat dengan belanda karena dalam pandangan mereka umat islam harus banyak belajar dengan orang barat agar pintar dan berwawasan luas sehingga tidak dibodohi dan dijajah terus menerus.maum moderenis ini hanya mengambil pelajaran belanda secara proposional dan selektif.
Kedua, kelompok moderenis yang sepenuhnya mengambil model pendidikan belanda dan kurang memperhatikan ajaran-ajaran islam.

B. PENDIDIKAN ISLAM MASA PENJAJAHAN JEPANG
Pendidikan islam zaman penjajahan jepang dimulai pada tahun 1942-1945, sebab bukan hanya belanda saja yang mencoba berkuasa di Indonesia.
                     
.     Kebijakan jepang terhadap pemerintahan terhadap pendidikan islam
KebijakanJepang dalam bekerja sama dengan umat Islam khususnya dan pemerintah Indonesia umumnya, yaitu :
1.             Kantor Urusan Agama yang pada zaman Belanda, diganti menjadi Kantor Sumubi yang di pimpin oleh ulama Indonesia. Saat itu dipegang oleh KH. Hasyim Asy’ari.
2.              Beberapa Pondok Pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan Jepang.
3.             Sekolah Negeri diberi pelajaran Budi Pekerti yang isinya indentik dengan materi keagamaan.
4.             Jepang memberikan izin membentuk barisan Hizbullah untuk memberikan pelatihan dasar kemiliteran bagi pemuda muslim.
5.             Jepang mengizinkan berdirinya Sekolah Islam di Jakarta.
6.             Jepang mengizinkan terbentuknya Pembela Tanah Air (PETA).
7.              Umat Islam diizinkan kemeruskan organisasi Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI).
Maksud dari semua perizinan Jepang tersebut adalah, kekuatan ummat Islam dan nasionalis dapat dibinademi kepentingan Jepang dengan menghadapi Sekutu. Bentuk binaannya yaitu badan-badan pertahanan seperti : Haihoo, Peta, Seinan,dan  Keibodan.
Satu hal yang menimbulkan kebencian ummat Islam terhadap Jepang yaitu memaksa bangsa Indonesia untuk memberikan kehormatan kepada Tonno Haika dengan membungkuk (Saikarei). Shumbu atau Kepala Kantor Agama menyatakan kepada Pemerintah Jepang bahwa pemerintah mengharuskan Saikarei itu bertentangan dengan keyakinan ummat Islam. Kebencian ummat Islam lainnya yaitu, Jepang memaksakan bangsa Indonesia untuk memasuki Haihoo, Peta, Seinan,dan  Keibodan
Sistem pendidikan islam pada masa penjajahan jepang
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
(1).  Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.
(2).  Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.
(3). Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.
(4) Pendidikan Tinggi.

 Sikap Jepang terhadap Pendidikan Islam
Sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas ketimbang pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Masalahnya, Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama, yang penting bagi mereka adalah demi keperluan memenangkan perang, dan kalau perlu pemuka agama lebih diberikan keleluasan dalam mengembangkan pendidikannya.
Pada masa ini sekolah-sekolah telah diseragamkan dan dinegerikan meskipun sekolah-sekolah swasta lain, seperti Muhammadiyah, Taman Siswa dan lain-lain diizinkan terus berkembang dengan pengaturan dan diselenggarakan oleh pendudukan Jepang.
Sementara itu khususnya pada awal-awalnya, madrasah dibangun dengan gencar-gencarnya selagi ada angin segar yang diberikan oleh Jepang. Walaupun lebih bersifat politis belaka, kesempatan ini tidak disia-siakan begitu saja dan umat Islam Indonesia memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Ini tampak di Sumatera dengan berdirinya madrasah Awaliyahnya, yang diilhami oleh Majelis Islam Tinggi
.Hampir seluruh pelosok pedesaan terdapat madrasah Awaliyah yang dikunjungi banyak anak-anak laki-laki dan perempuan. Madrasah Awaliyah ini diadakan pada sore hari dengan waktu kurang satu setengah jam. Materi yang diajarkan ialah membaca Alquran, ibadah, akhlak dan keimanan sebagai pelatihan pelajaran agama yang dilakukan di sekolah rakyat pagi hari.
Oleh karena itu, meskipun dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena murid-muridnya setiap harinya hanya disuruh gerak badan, baris berbaris, bekerja bakti (romusha), bernyanyi dan sebagainya, madrasah-madrasah yang berada di dalam lingkungan pondok pesantren bebas dari pengawasan langsung pemerintah pendudukan Jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren dapat berjalan dengan wajar.













KESIMPULAN
Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam cukup banyak, seperti diajarkannya pendidikan agama di sekolah-sekolahyang dikelola Jepang, didirikannya perguruan tinggi Islam serta memberikan perhatian dan bantuan terhadap pondok pesantren.
Kebijakan Jepang tersebut memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam mengingat selama dalam pendudukan Belanda, pendidikan bagi rakyat menjadi hal yang sangat langka dan hanya bisa dinikmati orang-orang tertentu saja. Sedangkan pada masa Jepang pendidikan Islam khususnya diberi ruang penuh untuk berkembang biarpun tetap dalam pengawasan Jepang. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa tidak ada bangsa penjajah di manapun yang rela bangsa yang dijajahnya lebih pintar dari yang menjajah.
Dengan kata lain kebijakan yang digariskan Jepang tersebut pada dasarnya semata-mata untuk mengeksploitasi kekuatan Islam demi mendukung kepentingan Jepang di tanah jajahan (Indonesia). Ini terbukti  pada puncak Perang Dunia II ketika Jepang mengalami tekanan hebat dari sekutu, maka mulai saat itu pula Jepang menampakkan sikap kesewenang-wenangan sebagai penjajah yang mengakibatkan penderitaan lahir batin rakyat Indonesia, khususnya orang-orang Islam sebagai penduduk mayoritas.





DAFTAR PUSTAKA
Nata Abudin. 2011.Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: kencana.
Abdullah, Aly. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Suwendi, 2004.  sejarah dan pemikiran pendidikan islam. jakarta : PT grafindo Persada,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar